“Saking desak-desaknya terlalu kuat jadi akhirnya roboh. Tapi kalau itu pagarnya tidak roboh saya tidak tahu lagi karena di depan saya itu sudah berjatuhan.”
Saat terjatuh ia mengaku menindih satu orang yang jatuh lebih dulu. Kemudian saat menuju ke gerbang keluar stadion, ia melihat seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kesadaran.
“Lalu saya juga sempat menolong salah seorang wanita yang sesak nafas saat keluar ke sini. Habis itu saya beri minum dan saya keluar ke parkiran mencari teman-teman saya yang lain,” ujarnya.
Baca juga: Kerusuhan Kanjuruhan Harus Jadi Pelajaran dan Bahan Renungan
Setelah berhasil keluar, Dimas Bayu menggambarkan situasi di luar stadion tidak kalah kacaunya.
Terjadi bentrok antara Aremania dan pihak keamanan. Pada titik itu dia sudah seorang diri dan terpisah dengan rekan-rekannya.
Namun ia bersyukur karena seluruh rekan-rekannya berhasil selamat dan kembali pulang dalam keadaan sehat.
“Alhamdulillah dari desa saya tidak ada yang meninggal, semuanya selamat,” ucap pemuda berusia 20 tahun tersebut.
Sementara soal viral pintu Gate 13 yang terkunci, ia mengaku sudah melihat video yang beredar. Namun saat berusaha keluar ia melihat pintu sudah terbuka.
Sebab saat kejadian Dimas Bayu mengaku bertahan cukup lama di tribune sambil menutup muka dengan jaketnya setelah ada tembakan gas air mata.
Sampai akhirnya ia memutuskan keluar karena sudah tidak kuat.
Namun meskipun pintu sudah terbuka, ia menggambarkan situasi tidak jauh berbeda dengan video viral yang beredar.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Jadi Momentum Damai Suporter, Hentikan Kebencian
“Ya saya pernah lihat video tersebut tapi waktu saya keluar pintunya sudah terbuka,” kata Dimas Bayu.
“Tapi situasi nya tidak berubah sama sekali ya seperti itu, posisi sangat ramai pada berdesak-desaan dan orang-orang saling mendahului untuk keluar. Sempat terlihat juga yang terinjak-injak.”
“Banyak juga yang tergeletak waktu kejadian saya keluar itu saya tidak tahu apakah ada yang meninggal atau belum. Tapi banyak yang sudah tergeletak dan kondisinya saya tidak tahu,” imbuhnya lagi.
Tragedi Kanjuruhan yang dirasakan membuatnya memanjatkan doa yang terbaik untuk korban saat doa bersama.
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, ia meninggalkan syal Arema-nya di kaki Patung Singa Tegar yang menjadi saksi bisu Tragedi Kanjuruhan.
“Saya memberikan syal ini karena syal itu (item) pertama kali saya beli ketika nonton Arema, jadi saya ingin memberikan itu,” ucapnya.
Baca juga: Update Tragedi Kanjuruhan: Alasan Pintu Tertutup, Sanksi Arema, hingga Hasil Rapat TGIPF
Ia pun berharap semua pihak bisa mengambil hikmah. Supaya kejadian memilukan ini tak terulang kembali.
“Harapan saya ke depannya supaya tidak tidak terjadi lagi karena saya dengar tragedi ini terbesar yang kedua di dunia,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.