KOMPAS.com - Sudah empat hari berlalu, tetapi tragedi Kanjuruhan masih menyisakan pilu. Sudah sejauh mana perkembangan kasus tersebut?
Sabtu (1/10/2022) menjadi hari paling kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Ratusan nyawa melayang dan lainnya luka-luka akibat tragedi Kanjuruhan.
Kejadian tragis itu bermila dari pecahnya kerusuhan pasca-laga lanjutan Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya di yang berakhir dengan skor 2-3.
Oknum suporter Arema FC merangsek masuk ke lapangan tak lama usai wasit meniupkan peluit panjang. Mereka lalu terlibat kericuhan dengan petugas keamanan.
Aparat keamanan coba mengendalikan situasi dengan menembakkan gas air mata yang dilarang penggunaannya oleh FIFA.
Baca juga: New York Times: Polisi Indonesia Kurang Terlatih Kendalikan Massa di Kanjuruhan
Tembakan gas air mata tersebut disinyalir menjadi penyebab para suporter mengalami sesak napas, hingga menimbulkan korban jiwa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (4/10/2022) pukul 10.00 WIB, korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan mencapai 131 orang.
Insiden di Stadion Kanjuruhan itu pun menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.
Berikut Kompas.com sampaikan update terbaru seputar tragedi Kanjuruhan:
Berdasarkan laporan dari Kompas TV, seluruh pintu keluar Stadion Kanjuruhan biasanya dibuka ketika pertandingan memasuki menit ke-80.
Baca juga: Hasil Rapat Perdana TGIPF, Soal Akar Masalah Tragedi Kanjuruhan
Namun, saat laga Arema FC vs Persebaya rampung digelar hanya sebagian pintu stadion yang terbuka.
Ketua Komite Wasit PSSI, Ahmad Riyadh, mengungkapkan alasan kenapa pintu Stadion Kanjuruhan belum terbuka kendati pertandingan sudah selesai.
“Pintu tidak dibuka seluruhnya. Ada sebagian dibuka, dan sebagian tidak. Ketepatan komando yang disuruh buka pintu sebelah sana belum melaksanakan tugas. Itu alasannya,” ujar Ahmad Riyadh pada Selasa (4/10/2022), yang dihadiri Kompas.com.
“Jadi, memang ada fakta juga, jangan terlalu mepet (membuka pintu stadion) dalam statuta 10 menit dari pertandingan akhir,” katanya.
“Namun, Panpel melihat situasi di luar stadion yang gerombolan di luar bisa masuk ke dalam stadion dan masuk untuk menonton laga,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Ketum PSSI: Panpel Bersalah dalam Kerusuhan Kanjuruhan
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.