“Jadi, memang harus berpikir mempertimbangkan baik lebihnya seorang pelatih. Tetapi, kalau seumpamanya memang sudah sangat parah ya mungkin itu menjadi keputusan manajemen,” imbuhnya.
Menurut Aji Santoso, pelatih pun ikut terlibat dalam siklus kejamnya sepak bola Indonesia.
Sebab, setiap tahunnya pelatih juga melakukan seleksi yang menentukan keberlangsungan masa depan pemain di satu klub.
Secara pribadi ia sudah menanamkan sikap bertanggung jawab di semua klub yang dibela. Ia tidak segan mundur atau menerima konsekuensi jika memang dirasa tidak memenuhi ekspektasi.
Ia siap menanggung semua resiko dengan catatan diberikan kepercayaan penuh untuk mengelola tim dan memaksimalkan potensinya.
“Masalah teknis itu harus diserahkan pada seorang pelatih karena memang sudah bertanggung jawab, tidak ada tim (khusus) untuk perekrutan pemain, tapi dari pelatih,” terang pelatih berusia 52 tahun tersebut.
“Namun, alhamdulilah di Persebaya dari saya masuk pada 2011 sampai sekarang tidak pernah sekalipun, bahkan presiden pun benar-benar menyerahkan tanggung jawab tim kepada seorang pelatih,” imbuhnya.
Aji Santoso meyakini semua pelatih juga punya rasa tanggung jawab sama. Pemecatan menjadi hal yang wajar jika memang pelatih sudah diberikan kesempatan dan kepercayaan penuh dari klub.
“Memang yang benar seperti itu, menurut saya dengan diberikannya tanggung jawab ke tim pelatih yang sudah menangani klub.“
“Sepakbola seperti itu walaupun memang agak kejam di indonesia daripada negara lain,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.