Gazprom juga pemilik proyek pipa gas raksasa di Laut Baltik yang menghubungkan Rusia dan Jerman.
Melalui saluran pipa bernama Nord Stream tersebut, Rusia menyediakan gas hingga ke sepertiga warga Eropa yang digunakan antara lain untuk menghangatkan rumah-rumah mereka selama musim dingin.
Nord Stream 1 diresmikan pada November 2011 dan mempunyai kapasitas tahunan 55 miliar meter kubik.
Baca juga: Putin Dapat Lampu Hijau Kerahkan Pasukan Rusia ke Donetsk dan Luhansk
Saluran tersebut kini tengah diikuti oleh proyek Nord Stream 2 yang bakal membuat pipa gas existing di Ukraina tak diperlukan lagi.
Ukraina sendiri menerapkan tarif miliaran juta dolar setiap tahunnya sebagai fee transit gas dari Rusia ke Eropa barat.
Konstruksi Nord Stream 2 sudah selesai akan tetapi penggunaannya menunggu penyelesaian aspek legal.
Ukraina dan juga sekutu Jerman, Amerika Serikat, sejak awal telah mengkritisi proyek tersebut. Pemerintah AS tak ingin NATO disandera oleh Rusia lewat pipa gas ini.
Akibat proyek-proyek tersebut, AS menjatuhkan sanksi ke Rusia.
Menariknya, bos proyek Nord Stream 2 adalah Matias Warnig, teman lama Vladimir Putin.
Sementara, eks Kanselir Jerman Gerhard Schroeder duduk sebagai komite pemegang saham Nord Stream AG dan juga anggota dewan direktur Gazprom pada awal 2022.
Kaitannya dengan sepak bola, Nord Stream AG sebagai perusahaan induk saluran pipa tersebut bermarkas di Swiss, sama seperti FIFA.
Lobi-lobi Politik di Stadion
Selain itu, Chadwick juga mengatakan bahwa salah satu keuntungan yang bisa didapat Gazprom dari menjadi sponsor Liga Champions adalah akses yang ke fasilitas VIP di stadion termasuk boks dan ruang makan pribadi di stadion-stadion.
Ia berargumen bahwa Gazprom punya motif untuk menjadikan stadion-stadion tersebut sebagai venue untuk memperdalam networking mereka di dunia geopilitik.
"Menghibur tamu-tamu penting dengan koneksi mendalam di sebuah boks korporasi pada laga Liga Champions adalah satu cara untuk melewati prosedur diplomatis normal," tulisnya.