Menurut Galih, pihak pengurus stadion tidak menyewa pawang hujan sembarang. Mereka selektif dan memastikan kesaktian sang pawang hujan.
Bahkan, dia menyebut selalu ada anggaran khusus dari Panitia Pelaksana (Panpel) lokal untuk pawang hujan.
“Jujur di Stadion Madya itu curah hujannya tinggi dan kalau tidak ada pawang hujan lapangan bakalan rusak dengan volume pertandingan yang kita jalani. Itu yang saya dengar dari pengurus stadion,” imbuhnya.
Baca juga: Hasil Bhayangkara FC Vs PSM: Menang 2-0, The Guardian Kudeta Persib!
Sebagai generasi melek teknologi yang hidup berdampingan dengan adat istiadat, Galih Purnanda Sakti merasa praktik semacam ini bagian dari teknologi warisan leluhur.
Dia menganggap pengadaan pawang hujan sebagai bentuk usaha lebih untuk mewujudkan hasil penyelenggaraan kompetisi terbaik.
“Kalau saya bilang ini penting karena untuk menjaga kualitas rumput sendiri. Selain itu, semua pihak di stadion pasti juga tidak ingin turun hujan saat hari pertandingan,“ ucap Galih Purnanda Sakti.
Keberadaan "teknologi" metafisika seperti pawang hujan bukan menggantikan teknologi modern yang ada.
Namun, mereka menambah dan mengisi kekurangan yang tidak bisa dijangkau oleh teknologi modern.
Melakukan langkah antisipasi dengan pengetahun terkini seperti meningkatkan kualitas lapangan dan menciptakan drainase yang baik wajib dilakukan.
Menggunakan jasa pawang hujan bisa menjadi langkah tambahan untuk meningkatkan rasa nyaman.
Kembali lagi, boleh percaya atau tidak, ini adalah budaya kita, bagian dari 'teknologi' warisan leluhur yang harus kita hargai dan lestarikan agar BRI Liga 1 2021/2022 tetap berjalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.