KOMPAS.com - Penyokong dana European Super League, JP Morgan Chase, meminta maaf atas perannya dalam membiayai liga cabutan antarklub Eropa tersebut. Raksasa Wall Street itu mengaku salah perihal pandangan para fans terhadap proyek tersebut.
Media finansial terkemuka Wall Street Journal (WSJ) mengatakan permintaan maaf secara terbuka ini terhitung langka bagi raksasa investasi tersebut.
JP Morgan menjadi penyokong dana utama European Super League dengan suntikan dana sekitar 4 miliar dolar per laporan WSJ.
Pernyataan JP Morgan singkat dan langsung membahas problema:
"Kami dengan sangat jelas salah menilai bagaimana perjanjian ini akan dilihat oleh komunitas sepak bola secara luas dan bagaimana dampaknya ke mereka di masa depan. Kami akan belajar dari ini."
Wow! JP Morgan has released a statement essentially disavowing the Super League it agreed to back to the tune of €3-4bn. pic.twitter.com/I9804Jxm7L
— tariq panja (@tariqpanja) April 23, 2021
JP Morgan bekerja sama dengan 12 klub elite Eropa, termasuk Big Six di Inggris beserta Real Madrid dan Juventus, dan firma berbasis di Madrid bernama Key Capital Partners yang telah lama punya hubungan dengan perusahaan konstruksi internasional milik Presiden Real Madrid Florentino Perez.
Dukungan dana JP Morgan pada awalnya akan menjadi sumber pemasukan utama ke-12 klub pendiri tersebut.
Baca juga: Presiden LaLiga Soal Super League: Kalau Tujuannya Baik, Kenapa Diam-diam?
Setiap klub pelopor dikatakan bakal menerima hingga 300 juta pound sebagai fee awal.
Namun, uang ini akan terhitung sebagai utang yang akan ditarik dari uang hak siar di masa mendatang.
Klub-klub tersebut juga dilaporkan menerima antara 130 dan 200 juta pound per tahunnya.
Namun, wacara Super League ini hancur berantakan hanya 48 jam setelah diumumkan.
Tekanan dari para fans, pesepak bola aktif dan yang sudah pensiun, manajer, dan juga politisi membuat proyek para elit itu gagal terbang.
Keenam klub Liga Inggris yang terlibat: Manchester United, Manchester City, Chelsea, Liverpool, Arsenal, dan Tottenham menjadi klub-klub yang pertama mundur sebelum diikuti tim-tim lain.
Tak hanya itu, berkat kisruh Super League ini, rating keberlanjutan JP Morgan Chase diturunkan oleh Standard Ethics, agensi yang menilai korporasi berdasarkan kesinambungan mereka dengan model seperti agensi rating kredit.
Baca juga: Satu Lusin Klub Pelopor Super League Lolos dari Sanksi UEFA
Standard Ethics menilai bahwa apa yang dilakukan JP Morgan dan ke-12 tim tersebut "berlawanan dengan praktik-praktik terbaik keberlanjutan, yang didefinisikan oleh agensi ini berdasarkan panduan PBB dan Uni Eropa serta memperhitungkan kepentingan para stakeholder".
Rating JPO Morgan diturunkan dari "cukup" ke "tidak bekerjasama".
Dikutip dari Guardian, Standard Ethics menekankan "efek negatif serius" dari rencana ESL ini yang banjir kritik termasuk dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Sebelum ini, Standard Ethics telah menekankan kekhawatiran terhadap JP Morgan terkait sikapnya terhadap kompetisi adil (fair competition) setelah mereka mendapat denda antitrust dari Pemerintah AS.
Pada Rabu (21/4/2021), Presiden Juventus Andrea Agnelli dan salah satu otak di balik ESL mengutarakan bahwa kompetisi itu tak bisa berlanjut dengan formatnya sekarang setelah pengunduran diri klub-klub terkait.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.