"Pendapat saya, saya tidak cocok dengan filosofi sepak bola dia. Kata dia, Syahril ini tidak cocok dengan filosofinya,"kata Shahril.
"Saya juga sering bermain di kanan dan kiri, yang bukan posisi saya. Jadi memang susah, padahal saya sudah kasih 1.000 persen kemampuan saya untuk Persib," ucap dia.
Baca juga: Sempat Alami Serangan Jantung, Pelatih Persib Bersyukur Bisa Lolos dari Maut
Sampai pada satu titik, Shahril pun sudah tidak lagi bisa berdamai dengan kondisinya di Persib. Shahril, mendatangi manajer Persib saat itu, Umuh Muchtar, untuk membicarakan masa depannya.
Shahril beralasan, terus bertahan di Persib akan membuatnya kesulitan berkembang. Menit bermain yang minim pun membuat posisi mantan pemain Johor Darul Takzim (JDT) II itu terancam di skuad timnas Singapura.
"Saya waktu itu setengah musim saja di Persib, tetapi saya tidak dibuang tim. Saya memilih mundur. Waktu itu saya diskusi sama Pak Haji Umuh, di rumahnya. Saya bicara baik-baik dengan beliau. Terus sudah bicara dengan Pak Haji Umuh lalu Pak Haji Umuh bebaskan saya dan saya pun pergi," kata Shahril.
Meski memiliki kenangan yang kurang baik bersama Persib, Shahril mengaku tetap mencintai Persib.
Bagi Shahril, Persib tetap memiliki tempat di hatinya. Shahril pun mengaku masih sering memantau perkembangan Persib. Dia juga masih menjalin komunikasi dengan sejumlah bobotoh yang memang dekat dengannya.
"Ya, saya tidak pernah lupa Persib. Biar bagaimana Persib tetap tim terbaik untuk saya. Saya juga masih mengikuti perkembangan mereka. Saya juga punya beberapa teman di Bandung, dan sampai sekarang masih sering berkomunikasi dengan mereka," tutur Shahril.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.