Terbukti setelah sukes membawa Arema Juara, mereka menjadi tulang punggung di berbagai klub.
Selain itu, kecerdikan lainnya, Arema menguatkan sektor pemain asing untuk menutupi kekurangan jam terbang pemain lokal.
3. Duo Singapura yang melegenda
Bicara soal Arema yang juara 2010 tidak lengkap rasanya tanpa membahas duo Singapura Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah.
Keduanya masuk mengisi slot asing Arema. Keputusan untuk mendatangkan kedua pemain timnas Singapura itu disambut dengan rasa ragu dan cibiran.
Maklum, ketika berbicara pemain asing, yang terbesit kala itu adalah pemain asal Afrika atau Eropa.
Namun, keraguan tersebut dibayar tuntas. Keduanya justru menjadi katalis kesuksesan Arema memenangi setiap pertandingannya.
Keduanya pun menjadi sosok legenda yang hingga saat ini dielu-elukan Aremania.
Khususnya Noh Alam Shah, pemain pekerja keras, tanpa kompromi, garang, dan punya mental sekuat baja yang mewakili filosofi Singo Edan Arema.
4. Diperkuat pemain Piala Dunia, Pierre Njanka
Selain duo Singapura, satu lagi pemain yang mencuri perhatian adalah bek asal Kamerun, Pierre Njanka.
Njanka pernah merasakan Piala Dunia 2002 bersama sederet nama besar dunia seperti Samuel Eto’o, Carlos Kameni, Lauren, dan bintang Chelsea Geremi.
Ia berhasil membuat pertahanan Singo Edan kian kokoh.
Bersama Njanka, Arema hanya kebobolan 22 gol. Mereka pun didaulat menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit.
Selain itu, mantan pemain Persija Jakarta tersebut juga berhasil membantu Arema mencatatkan 17 kali clean sheet.
5. Dirayakan di Tengah kemegahan SUGBK
Secara kebetulan, pertandingan terakhir digelar di kandang Persija Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang juga merupakan stadion terbesar di Indonesia.
Hubungan baik antara Aremania dan Jakmania menghidupkan suasana di stadion yang dibangun pada 8 Februari 1960 itu.
Sore itu, SUBGK berubah menjadi panggung megah tempat Singo Edan yang mengangkat trofi Liga Indonesia pertamanya.