Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Menarik di Balik Satu Dekade Gelar Juara Arema

Kompas.com - 30/05/2020, 17:40 WIB
Suci Rahayu,
Nugyasa Laksamana

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Tanggal 30 Mei menjadi hari bersejarah bagi Arema FC. Tepat sepuluh tahun yang lalu, Singo Edan berhasil mengangkat trofi Indonesia Super League musim 2009-2010.

Prestasi itu sekaligus menjadi trofi pertama mereka sejak berkiprah di kasta tertinggi sepak bola nasional.

Baca juga: Arema FC Ingin Kompetisi Dilanjutkan dengan Catatan Khusus

Bagi Arema, gelar tersebut bukan sekadar bukti masa kejayaan, tetapi juga lambang kerja keras dan pengorbanan besar yang dilakukan tim, pelatih, dan manajemen.

Banyak sekali cerita yang mengantarkan Arema kepuncak tertinggi. Membuat gelar tersebut begitu manis untuk di ingat kembali.

Kompas.com merangkum 7 fakta menarik dibalik satu dekade perayaan gelar juara Arema.

1. Krisis finansial

Banyak jalan terjal yang dilalui Singo Edan hingga akhirnya bisa merengkuh gelar juara. Salah satunya adalah masalah finansial.

Kala itu, Arema memang sedang dalam kondisi pas-pasan setelah dilepas oleh PT Bentoel yang sebelumnya menjadi penyokong dana utama.

Alhasil, pada pekan ke-12, pemain dan pelatih mengalami keterlambatan gaji. Padahal, Arema saat itu sedang panas-panasnya di puncak klasemen.

Akhirnya masalah ini pun diselesaikan secara kekeluargaan. Pemain, pelatih dan manajemen duduk bersama berusaha memahami satu sama lain.

Perjuangan pun berlanjut, Arema berhasil menjadi juara dengan 23 kemenangan, empat kali imbang, dan tujuh kekalahan.

 

Bek Arema FC, Benny Wahyudi, berbicara kepada media dalam konfrensi pers usai melawan Persib Bandung dalam laga pekan ke-19 Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/08/2017) malam.SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM Bek Arema FC, Benny Wahyudi, berbicara kepada media dalam konfrensi pers usai melawan Persib Bandung dalam laga pekan ke-19 Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/08/2017) malam.

2. Bermaterikan pemain biasa

Krisis finansial yang melanda juga membuat Arema FC tidak berani belanja pemain bintang.

Untuk pemain lokal saja, mereka banyak mengandalkan pemain-pemain muda dengan minim jam terbang.

Sebut saja Benny Wahyudi, Kurnia Meiga, Juan Revi, Ahmad Bustomi hingga produk akademi seperti Dendi Santoso, Johan Alfarizi, Sunarto.

Apalagi pada tahun tersebut adalah debut Rene Albert sebagai pelatih di Indonesia.

Dengan materi tersebut membuat publik skeptis Arema bisa bercokol sebagai tim papan atas.

Kendati demikian, Arema jeli dalam berburu pemain. Pemain yang didatangkan bukanlah pemain muda sembarangan.

Mereka ternyata merupakan pemain-pemain berpotensi yang haus akan pencapaian.

Terbukti setelah sukes membawa Arema Juara, mereka menjadi tulang punggung di berbagai klub.

Selain itu, kecerdikan lainnya, Arema menguatkan sektor pemain asing untuk menutupi kekurangan jam terbang pemain lokal.

3. Duo Singapura yang melegenda

Bicara soal Arema yang juara 2010 tidak lengkap rasanya tanpa membahas duo Singapura Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah.

Keduanya masuk mengisi slot asing Arema. Keputusan untuk mendatangkan kedua pemain timnas Singapura itu disambut dengan rasa ragu dan cibiran.

Maklum, ketika berbicara pemain asing, yang terbesit kala itu adalah pemain asal Afrika atau Eropa.

Namun, keraguan tersebut dibayar tuntas. Keduanya justru menjadi katalis kesuksesan Arema memenangi setiap pertandingannya.

Keduanya pun menjadi sosok legenda yang hingga saat ini dielu-elukan Aremania.

Khususnya Noh Alam Shah, pemain pekerja keras, tanpa kompromi, garang, dan punya mental sekuat baja yang mewakili filosofi Singo Edan Arema.

4. Diperkuat pemain Piala Dunia, Pierre Njanka

Selain duo Singapura, satu lagi pemain yang mencuri perhatian adalah bek asal Kamerun, Pierre Njanka.

Njanka pernah merasakan Piala Dunia 2002 bersama sederet nama besar dunia seperti Samuel Eto’o, Carlos Kameni, Lauren, dan bintang Chelsea Geremi.

Ia berhasil membuat pertahanan Singo Edan kian kokoh.

Bersama Njanka, Arema hanya kebobolan 22 gol. Mereka pun didaulat menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit.

Selain itu, mantan pemain Persija Jakarta tersebut juga berhasil membantu Arema mencatatkan 17 kali clean sheet.

5. Dirayakan di Tengah kemegahan SUGBK

Secara kebetulan, pertandingan terakhir digelar di kandang Persija Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang juga merupakan stadion terbesar di Indonesia.

Hubungan baik antara Aremania dan Jakmania menghidupkan suasana di stadion yang dibangun pada 8 Februari 1960 itu. 

Sore itu, SUBGK berubah menjadi panggung megah tempat Singo Edan yang mengangkat trofi Liga Indonesia pertamanya.

Sebuah mimpi indah bagi pemain-pemain Arema karena tidak semua pemain bisa mengangkat gelar juara di tengah kemegahan SUGBK.

 

Pendukung Arema di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).KOMPAS. Com/CYNTHIA LOVA Pendukung Arema di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).

6. Menang besar atas Persija Jakarta

Arema berhasil menutup kompetisi dengan kemenangan besar 5-1 atas Persija Jakarta.

Kemenangan ini amat berkesan bagi Dendi Santoso cs dan Aremania yang hadir ke Senayan.

Sejatinya, pertandingan ini sudah tidak lagi menentukan karena Arema FC sudah memastikan gelar juaranya saat menahan imbang PSPS Pekanbaru pada pertandingan sebelumnya.

Namun, kemenangan ini menjadi penutup yang manis dalam perjuangan Arema berburu gelar.

Uniknya, meskipun kalah besar, penggemar Persija Jakarta ikut merayakan kemenangan saudara timurnya tersebut.

Bahkan, kala itu muncul gurauan bahwa kemenangan tersebut adalah kado sekaligus ucapan selamat dari The Jak kepada Aremania.

Persaudaraan yang kental antara kedua suporter tersebut menambah kemeriahan pengalungan gelar yang diterima Arema. 

Aremania pun berpesta di sana karena Jakarta layaknya rumah kedua bagi mereka.

 

Pemain Arema FC, Dendi Sandoso (kiri), saat melawan Semen Padang di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (4/11/2017).BOLASPORT.COM/SUCI RAHAYU Pemain Arema FC, Dendi Sandoso (kiri), saat melawan Semen Padang di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (4/11/2017).

7. Dua sisa-sisa kejayaan, Dendi Siswanto dan Johan Alfarizi

Dari 28 nama pemain yang membawa Singo Edan ke puncak kejayaan, hanya dua nama saja yang tetap bertahan hingga saat ini yakni Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi.

Keduanya pun menjadi saksi sejarah kejayaan Arema pada musim 2010.

Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi adalah produk akademi Arema. Mereka berhasil promosi ke tim utama pada tahun 2008 silam.

Baca juga: Arema FC Sarankan Kompetisi Dipusatkan di Pulau Jawa jika Dilanjutkan Kembali

Kala itu mereka menyandang status sebagai pemain muda dengan jam terbang yang minim.

Namun, bibit potensi yang mereka tunjukan cukup membuat Robert Rene Alberts memberikan kepercayaan.

Jika dihitung, keduanya sedang menjalani musim ke-12 bersama Arema FC.

Tidak sekadar loyalitas, Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi juga menjadi simbol semangat perjuangan Arema FC.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

Liga Italia
Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Liga Indonesia
Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Sports
Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Liga Indonesia
Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Sports
Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Badminton
Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

Badminton
Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

Timnas Indonesia
Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

Liga Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

Badminton
Irak Vs Indonesia, Alasan Shin Tae-yong Fokus Fisik dan Mental Garuda

Irak Vs Indonesia, Alasan Shin Tae-yong Fokus Fisik dan Mental Garuda

Timnas Indonesia
Rekap Persib di Regular Series, Top Assist - Menit Bermain Terbanyak 

Rekap Persib di Regular Series, Top Assist - Menit Bermain Terbanyak 

Liga Indonesia
Irak Vs Indonesia, STY Yakin kepada Rafael Struick

Irak Vs Indonesia, STY Yakin kepada Rafael Struick

Liga Indonesia
Irak Vs Indonesia: Saat STY Masih Terbayang Kekalahan di Semifinal…

Irak Vs Indonesia: Saat STY Masih Terbayang Kekalahan di Semifinal…

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com