Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Dekat dengan Bhin Bhin, Salah Satu Maskot pada Asian Games 2018

Kompas.com - 30/08/2018, 17:15 WIB
Eris Eka Jaya

Penulis

Penulis : Dian Komara (Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia - Pusat Penelitian Biologi LIPI)

KOMPAS.com - Ajang Asian Games ke-18 yang berlangsung di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Palembang, mengundang perhatian terkait berbagai aspeknya, seperti perayaan pembukaan dengan panggung yang spektakuler, cabang olahraga yang dipertandingkan, dan momen menakjubkan lainnya.

Akan tetapi, tak lengkap rasanya bila tidak mengenal maskot yang menyertai penyelenggaraan pesta olahraga Asia itu. Ada tiga hewan yang menjadi maskot dalam perhelatan Asian Games yang berlangsung dari 18 Agustus hingga 2 Sepetember 2018 itu. Ya, mereka adalah Bhin bhin, Atung, dan Kaka.

Bhin Bhin adalah nama burung cenderawasih dari Indonesia bagian barat, Atung untuk rusa bawean dari Indonesia bagian tengah, dan Kaka merupakan badak bercula satu dari Indonesia bagian barat.

Bhin Bhin mencerminkan strategi, Atung melambangkan kecepatan, dan Kaka merepresentasikan kekuatan.

Baca juga: Lebih Dekat dengan Tiga Maskot Asian Games 2018

Pada artikel kali ini, kita akan mengenal "siapakah" Bhin Bhin?

Bhin Bhin merupakan nama dari burung cenderawasih yang mengenakan rompi bermotif khas suku Asmat yang menunjukkan asalnya.

Burung cantik yang memainkan karakter "strategi" ini merupakan hewan pemakan buah-buahan, biji-bijian, dan serangga kecil.

Sayangnya, jumlah burung cenderawasih di alam bebas semakin menurun. Salah satunya disebabkan oleh kerusakan habitatnya.

Cenderawasih di dunia ada 38 jenis dan 28 jenis, di antaranya hidup di wilayah Indonesia. Burung ini terdapat di Maluku, Papua, dan Australia Timur laut.

Hewan yang sering dipakai sebagai perhiasan oleh suku di papua ini tubuhnya kokoh seperti gagak, paruh dan kakinya kuat.

Baca juga: Maskot Asian Games 2018 Diproduksi 3.000 Per Hari di Malang

Bhin Bhin, salah satu maskot Asian Games 2018DOK. ASIAN GAMES 2018 Bhin Bhin, salah satu maskot Asian Games 2018

Hewan yang berperan penyebar biji ini termasuk suku Paradisaeidae. Suku hewan langka ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Monogamous dan Polygynous.

Monogamous merupakan kerabat Manucodia. Cirinya adalah jantan dan betina serupa (tidak memiliki bulu hias), ikatan antar-pasangan kuat dan kedua induk merawat anak bersama.

Adapun Polygynous merupakan cenderawasih sejati dengan ciri-ciri bulu jantan lebih indah dari betina dan memiliki bulu hias serta berbagai suara yang keras. Ciri lainnya adalah induk betina merawat anak sendiri.

Yang manakah Bhin Bhin?

Burung cenderawasih yang terkenal dan terbesar adalah jenis Paradisaea apoda Linnaeus. Cirinya adalah panjang tubuh dapat mencapai 43 cm, tanpa bulu hias, sedangkan yang betina 35 cm.

Penyebaran burung ini sekitar Pulau Irian bagian selatan dan Kepulauan Aru sebelah barat, dan Kabupaten Asmat.

Habitat burung langka ini di dataran rendah dan bukit antara 0–950 di bawah permukaan laut. Pakan burung cenderawasih yaiu serangga, ulat, buah-buahan di antaranya pepaya (Carica papaya).

Zona Bhin Bhin berada diantara Pintu 5 dan Pintu, GBK atau tepatnya di depan Asian Games Official Merchandise Super Store. Foto diambil Jumat (24/8/2018).KOMPAS.com/ RINDI NURIS VELAROSDELA Zona Bhin Bhin berada diantara Pintu 5 dan Pintu, GBK atau tepatnya di depan Asian Games Official Merchandise Super Store. Foto diambil Jumat (24/8/2018).

Baca juga: Son Heung-min Nikmati Ajang Asian Games 2018 di Indonesia

Burung yang aktif bersuara pada pagi hari ini mencari makannya dalam kelompok kecil, terutama yang betina.

Keunikan burung yang elok dan gagah ini, menurut Cooper dan Forshaw 1977, yaitu pada musim berbiak harus mengeluarkan kemampuan untuk memikat sang betinanya, yakni dengan cara menari yang sangat indah.

Tarian cumbuan ini dilakukan di tajuk pohon, ada lima tahap tarian, yaitu:
1. Wing pose, yakni sayap direntangkan dan dikepak-kepakkan sambil bersuara, ekor dikembangkan
2. Pump phase, yakni bila betina datang, jantan merendahkan tubuh ke dahan, sayap dibuka, ekor dinaikkan, kepala dan paruh ke bawah, sambil melompat-lompat dari dahan satu ke yang lain serta bersuara.
3. Bowing phase, yakni tubuh ke depan dan diturunkan, kepala di bawah dahan, sayap direntang, bulu hias dikembangkan di atas punggung sambil bersuara
4. Dance phase, menari-nari sambil melompat-lompat perlahan, tetapi berirama, bersuara seperti suara anak burung
5. Mounting: naik ke punggung betina sambil mengepak-kepakan sayap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com