KOMPAS.com - Tingkah kontroversial Iwan Setiawan, yang sebenarnya sudah bisa diperkirakan, akhirnya terjadi juga.
Setelah membawa tim asuhannya, Persebaya, menang tipis 1-0 lewat gol penalti dalam laga uji coba kontra PSIS di Gelora Bung Tomo akhir pekan lalu, sang pelatih menyebut tim lawan seperti banci karena bermain sangat defensif dan menumpuk pemain di lini belakang.
Bila mencermati rekam jejak Iwan Setiawan selama ini, kalimat yang dilontarkannya tentu tidak mengejutkan.
Karakter pelatih kelahiran Medan, 5 Juli 1968, tersebut memang bak bom waktu yang bisa setiap saat meledak dan membuat merah telinga lawan.
Mengontrol ucapan Iwan sangat sulit bila tak mau dibilang mustahil. Mungkin, hanya dia sendiri yang tahu kalimat pedas apa yang bakal terlontar dari mulutnya.
Iwan bisa mencerca siapa saja, termasuk kubu lawan seperti Persib pada Piala Presiden 2015 yang disebutnya bukan tim istimewa kendati diperkuat sejumlah pemain timnas.
Selain itu, PS TNI di Piala Jenderal Sudirman juga sempat diremehkannya sebagai tim amatir sebagaimana dilansir Juara.net.
FT
— Official Persebaya (@persebayaupdate) 19 Maret 2017
Persebaya Surabaya 1-0 PSIS Semarang
Rahmat Irianto 79'#Persebaya #HomecomingGame #GreenForce #KamiHausGolKamu #PsbyVsPsis pic.twitter.com/qdFGov2DXd
Bahkan, pemain sendiri pun pernah kena "semprotnya", seperti ketika ia menukangi Persijatim Solo FC pada 2002.
Saat itu, ia menyebut sang bomber, yang juga eks striker timnas, Indriyanto Nugroho, bak perempuan akibat penampilan yang buruk.
Iwan tentu merupakan antitesis sendiri di sepak bola Indonesia.
Saat banyak pelatih lokal yang sungkan berkomentar tentang klub lawan dan lebih cenderung berucap normatif, Iwan memilih jalan berbeda dan menempuh medan perang ekstra di luar lapangan.
Ingat, kalimat yang dilontarkan Iwan soal PSIS terjadi selepas laga uji coba. Bayangkan teror mental seperti apa yang akan meluncur dari mulutnya di kompetisi sesungguhnya nanti.
Sugiantoro, eks bek timnas yang kini menukangi Persik, mengaku tak akan terganggu dengan sikap kontroversial Iwan.
"Sebagai pelatih muda, pasti saya harus tetap hormat kepada pelatih senior di Indonesia. Walaupun nanti ada psywar kepada tim saya ke depan, kami tetap fokus dan bermain dengan gaya sendiri," tuturnya.
Namun, belum tentu semua pelatih di Liga 2 akan bersikap seperti halnya Sugiantoro.
Boleh jadi ada juga pelatih atau malah suporter tim lawan yang terpancing dan membalas komentar Iwan dengan kalimat yang tak kalah nyelekit.
Iwan mungkin berbeda dengan pelatih lain. Hanya, sedikit-banyak mungkin sikap kontroversial itu memang dibutuhkan oleh Liga 2.
Kalimat-kalimat nyeleneh dari Iwan akan membuat kompetisi kasta kedua sepak bola nasional mencuri sebagian porsi perhatian dari Liga 1.
Hanya, bagi suporter Persebaya, tentu yang lebih mereka butuhkan adalah bukti tangan dingin "Si Mulut Besar" seperti ketika ia membawa Pusamania Borneo FC ke tangga juara Divisi Utama 2014.
Iwan sendiri optimistis dengan target tersebut.
"Persebaya memiliki sumber daya pemain muda yang melimpah dan mental serta semangat yang luar biasa," kata pelatih berlisensi A AFC ini kepada Tabloid BOLA.
"Dalam membangun tim, saya mengedepankan motivasi dan komunikasi intens dengan pemain. Insya Allah, karakter saya cocok di Persebaya dengan gaya militan tersebut," ucapnya. (Tovan Bram Kumar/Suci Rahayu/Andrew Sihombing)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.