Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu W. Wirajati

Seseorang yang awalnya mengaku paham sepak bola, tetapi kemudian merasa kerdil ketika sudah menjadi wartawan bal-balan per April 2004. Seseorang yang suka olahraga, khususnya, sepak bola, tetapi menikmatinya dari tepi lapangan.

Terpenting, Bahagiakanlah Orang yang Mencintai dan Mendukung Kita

Kompas.com - 04/05/2016, 20:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Bandingkan dengan pemilihan pemain Ranieri pada 2003-2004, musim terakhirnya di Chelsea. Ketika itu, ada 21 pemain dengan kesempatan bermain lebih dari 10 kali, 17 di antaranya malah bermain lebih dari 20 kali.

Ranieri tentu belajar dari kegagalan dia pada masa lalu. Alih-alih ingin menyenangkan semua pemain, dia lebih memilih "memaksa" para pemain utamanya untuk selalu bekerja keras dan dimainkan sebisa mungkin.

Dari segi taktik, Ranieri juga mengesampingkan pola pikir menyenangkan semua orang. Gaya bermain pragmatis dan mengandalkan serangan balik mungkin tidak disukai sebagian besar pencinta sepak bola.

Bayangkan saja, dari 22 pertandingan Premier League yang dimenangi, sebanyak 19 laga di antaranya Leicester kalah dari segi penguasaan bola.

Akan tetapi, kalah dalam hal permainan indah dan penguasaan bola itu menjadi tidak penting dengan hasil akhir yang didapat Leicester.

“It is not the strong one that wins, the one that wins is strong.” – Franz Beckenbauer

Pragmatis tidak haram

Gaya bermain pragmatis memang seolah menjadi hal yang dibenci oleh pencinta sepak bola yang mengedepankan permainan indah.

Publik tentu lebih senang melihat gaya permainan dari kaki ke kaki di Arsenal sejak dilatih oleh Arsene Wenger. Begitu juga dengan permainan tiki-taka ala pelatih Josep Guardiola, terutama saat menukangi Barcelona.

Puja dan puji pun mengalir terhadap anak-anak asuhan Guardiola. Apalagi, selain bermain indah, mereka pun meraih sejumlah trofi bergengsi, bahkan 6 di antaranya terjadi pada tahun kalender yang sama.

Idealnya memang sepak bola bisa memberikan kebahagiaan bagi semua orang. Namun, tidak semua orang bisa dibahagiakan pada saat bersamaan. Ketika Barcelona menjadi juara, tentu suporter Real Madrid menjadi pihak yang paling merasakan tidak bahagia.

Ada beberapa hal yang membuat seseorang tidak bisa membahagiakan semua orang. Salah satunya keterbatasan sumber daya. Bukankah tak mungkin kita selalu membantu semua orang yang membutuhkan ketika kita pun punya keterbatasan kemampuan?

Namun, bukan berarti keterbatasan itu menjadi penghalang bagi kita dalam membahagiakan orang lain. Dengan memiliki keterbatasan, kita tentu akan memilih berdasar skala prioritas siapa yang membutuhkan kebahagiaan dari kita.

Seorang kepala rumah tangga, pasti akan lebih mendahulukan keluarga intinya untuk dibahagiakan, baru keluarga besar dan teman-temannya. Seorang pelatih sepak bola, tentu menempatkan suporter yang senantiasa memberi dukungan dalam setiap kesempatan sebagai prioritas utama.

Karena hal itulah, permainan pragmatis muncul. Sadar keterbatasan dengan kemampuan yang dimiliki timnya, seorang pelatih akan mengandalkan segala cara - selama tidak bertentangan dengan law of the game - agar timnya meraih kemenangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ronaldo Perkuat Portugal di Piala Eropa 2024, Kans Pecahkan Rekor

Ronaldo Perkuat Portugal di Piala Eropa 2024, Kans Pecahkan Rekor

Internasional
Sanksi FIFA Tuntas, PSS Sleman Persiapkan Liga 1 Musim Depan

Sanksi FIFA Tuntas, PSS Sleman Persiapkan Liga 1 Musim Depan

Liga Indonesia
Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

Timnas Indonesia
Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

Internasional
Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

Liga Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

Liga Indonesia
Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

Internasional
Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

Liga Spanyol
Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

Internasional
Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

Badminton
Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

Liga Inggris
Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

Timnas Indonesia
Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com