Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu W. Wirajati

Seseorang yang awalnya mengaku paham sepak bola, tetapi kemudian merasa kerdil ketika sudah menjadi wartawan bal-balan per April 2004. Seseorang yang suka olahraga, khususnya, sepak bola, tetapi menikmatinya dari tepi lapangan.

Susah Diatur Bikin Belanda Lacur

Kompas.com - 13/09/2015, 13:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAry Wibowo

"Setelah menjadi juara Piala Eropa 1988, Belanda gagal di Piala Dunia 1990. Hal itu tak lepas dari kondisi internal tim yang tak harmonis," cerita Gullit pada acara jumpa penggemar yang digagas Etihad di Jakarta, Sabtu (5/9/2015).

"Saat itu, para pemain meminta adanya pergantian pelatih (Thijs Libregts). Saat itu, para pemain ingin Cruyff menjadi pelatih. Namun, federasi (KNVB) malah memilih Leo Beenhakker," tutur kapten De Oranje di Piala Eropa 1988 itu.
Sikap susah diatur itu membuat Belanda lacur atau sial. Dengan status juara Eropa, Belanda gagal total di Piala Dunia 1990. Mereka tersisih di perdelapan final karena kalah dari Jerman (Barat).

"Tentu berat bekerja dalam linkungan yang tak kondusif," beber Beenhakker, 20 tahun selepas Jerman Barat 1990.

Pernyataan Gullit dan Beenhakker ini menunjukkan bagaimana prinsip egaliter begitu mengakar di Belanda. Sampai-sampai, terbawa ke tim nasional dan posisi pelatih pun tidak mendapatkan respek.

Situasi serupa dihadapi Belanda sepeninggal Louis van Gaal. Setelah Guus Hiddink gagal menjadi suksesor sepadan Van Gaal, Danny Blind yang menggantikannya pun gagal mengangkat performa De Oranje.

Belanda kalah dua kali beruntun dari Islandia dan Turki di bawah Blind. Hal ini membuat De Oranje terancam absen di Piala Eropa untuk pertama kalinya sejak 1984.

Bisa jadi, soal mentalitas dan prinsip egaliter di masyarakat Belanda menjadi penyebab kemandekan prestasi De Oranje saat ini. Hiddink dan Blind bukanlah pelatih sekarismatis dan sekeras Van Gaal.

Dengan keberadaan pemain senior dan berstatus bintang, butuh sosok yang lebih "besar" untuk mengatur dan membuat "konsensus" di tim agar menciptakan kesolidan. Blind tentu bukanlah sosok "besar" itu. Selain punya nama besar dan karismatik, sosok itu haruslah punya perbendaharaan taktik mumpuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com