Di setiap rumah warga Tionghoa disediakan pula buah jeruk yang diyakini melambangkan kemakmuran dan keberuntungan. Khusus bagi mereka yang mendapatkan kelebihan rezeki pada tahun sebelumnya biasanya menyediakan ikan dalam perjamuan makan bersama keluarga besar pada malam menjelang Imlek.
”Kendati demikian, kue, jeruk dan ikan tidak diwajibkan untuk dipenuhi dalam perjamuan makan malam bersama keluarga. Semua tergantung kemampuan ekonomi setiap keluarga,” kata Halim Susanto, tokoh Tionghoa di Pangkal Pinang.
Di Desa Gedong, warga Tionghoa setempat sejak Agustus 2009 telah memelihara ayam yang secara khusus akan dipotong untuk perjamuan pada malam Imlek. Kebiasaan menyiapkan ayam Imlek itu telah dilakukan sejak puluhan tahun silam.
”Setiap tahun saat bulan Agustus, kami mulai memelihara ayam untuk Imlek. Maklumlah, kami kan petani dan nelayan yang tidak punya uang untuk membeli daging untuk makan bersama. Jadi, lebih baik kami memelihara ayam dari jauh hari,” jelas Chong Kong Phen (32), warga Desa Gedong.
Kesibukan lain menjelang Imlek adalah persiapan di kelenteng. Selain dipasang lampion, umat Konghucu dan Buddha setempat juga membersihkan rumah ibadat tersebut, mencuci patung-patung para dewa, dan menyediakan peralatan sembahyang.
Kelenteng di Desa Rebo, Kecamatan Sungai Liat, Kabupaten Bangka, misalnya, menerima sumbangan lilin dari warga Tionghoa setempat di perantauan seperti Jakarta. Para perantau tersebut mengirim sejumlah lilin besar setinggi 210 sentimeter dengan diameter 35-40 sentimeter.
”Satu batang lilin besar ini harganya mencapai jutaan rupiah. Kami di sini pasti tidak sanggup membelinya. Makanya, orang Tionghoa asal Desa Rebo yang sudah sukses di perantauan selalu mengirimkan untuk kami saat menjelang Imlek,” tutur Tet Fu (57), tokoh Tionghoa di Desa Rebo.
Taman wisata rohani Mahayana di kawasan Sungai Liat, yang dikelola Yayasan Vihara Budis, juga terus berbenah. Para pekerja merapikan jalan masuk menuju wihara yang memiliki 365 tangga tersebut. Hutan-hutan dan taman yang berada di samping kiri dan kanan tangga tampak rapi. Patung Buddha yang ditelakkan pada sebuah taman pada tangga yang teratas juga.
”Tidak ada acara khusus di lokasi ini pada malam Imlek, kecuali doa. Maklum, taman rohani ini baru dibuka dua tahun sehingga masih perlu penyempurnaan,” jelas Amen (42), penjaga taman doa seluas tujuh hektar itu.