KOMPAS.com - Putaran pertama Liga 1 2021-2022 telah berakhir. Jeda paruh musim Liga 1 menjadi kesempatan tim untuk berbenah agar semakin baik menghadapi putaran kedua nanti.
Namun, bagi tim-tim yang sedang di bawah performa, jeda paruh musim Liga 1 bukan hanya sekadar kesempatan untuk membenahi diri, melainkan juga untuk mengatur ulang rencana.
Keterpurukan yang mereka rasakan menjadi sinyal bahaya kelangsungan tim di liga. Mereka dihadapkan dua pilihan besar, bangkit menyelamatkan diri dari situasi sulit atau menyerah turun ke kasta kedua.
Berikut ini tiga klub yang belum beranjak dari tren buruk sepanjang putaran pertama Liga 1 2021-2022 :
Persiraja Banda Aceh
Putaran pertama Liga 1 2021-2022 benar-benar buruk bagi Persiraja Banda Aceh. Peringkat ketiga Liga 2 2019 itu menjadi korban kerasnya persaingan kasta tertinggi Liga Indonesia.
Di bawah kepelatihan Hendri Susilo, Laskar Rencong memulai musim 2021-2022 dengan kalah tipis 1-2 melawan Bhayangkara FC.
Kemudian, pada pekan kedua, Persiraja Banda Aceh tampil cukup meyakinkan dengan mengalahkan PSS Sleman dengan skor 3-2. Mereka pun melesat mencicipi posisi ke-6 klasemen sementara.
Sayangnya, kemenangan ini menjadi kemenangan pertama dan terakhir Persiraja Banda Aceh di putaran pertama ini. Setelah itu, tim tidak mampu bersaing dan akhirnya mendekam di dasar klasemen sejak pekan kelima hingga pekan ke-17 di putaran pertama.
Pada akhir seri kedua manajemen mencoba melakukan perubahan dengan mencopot pelatih Hendri Susilo dan menaikkan Akhyar Ilyas sebagai pelatih interim. Namun, perubahan tersebut tidak cukup mampu mengangkat performa tim.
Persiraja Banda Aceh mengakhiri putaran pertama dengan 13 kekalahan, 3 imbang, dan hanya mencatatkan satu kemenangan. Praktis mereka hanya mampu mengoleksi enam poin dari 17 kali laga yang dijalani.
Selain itu, mereka juga memegang tiga catatan buruk, yakni tim dengan tingkat produktivitas gol paling sedikit (10 gol), tim paling banyak kebobolan (39 gol), serta rekor tanpa menang beruntun terpanjang selama 15 pekan.
Banyak faktor yang memengaruhi jebloknya performa Persiraja Banda Aceh, mulai dari kedalaman skuad, pengalaman pemain, dan juga badai cedera pada pengujung paruh musim.
Manajemen pun tidak tinggal diam. Mereka sudah menyiapkan rencana besar pada bursa transfer paruh musim ini. Dikabarkan akan ada 15 pemain yang merapat dan pelatih kepala baru.
Persipura Jayapura
Nama besar klub, pemain ternama, dan pelatih berprestasi tidak cukup untuk memenangi kerasnya persaingan Liga 1 2021-2022. Persipura Jayapura menjadi saksi kerasnya kompetisi.
Tidak ada yang menyangka, tim juara empat kali Liga Indonesia tersebut terseok-seok di zona degradasi. Padahal, secara materi tim tidak kalah dengan kontestan lainnya.
Tim berjuluk Mutiara Hitam itu juga diperkuat pelatih kawakan, Jacksen F Tiago, yang sudah malang melintang di Liga Indonesia.
Persipura Jayapura mengawali musim dengan alot karena banyak pemain tumbang secara berkala, dimulai dari Takuya Matsunaga, Henrique Motta, Takuya Matsunaga, Charenz Huwae, Patrick Womsiwor, Imanuel Rumbiak, sampai Yevgen Bokhashil.
Enam laga di seri pertama berakhir dengan satu kemenangan, dua seri, dan tiga kekalahan.
Seri kedua semakin pelik, tim makin banyak kehilangan pemain karena cedera dan agenda timnas Indonesia.
Performa tim pun makin pincang, Ian Louis Kabes dan rekan-rekannya gagal memetik satu poin pun dari lima pertandingan. Hal tersebut membuat suporter mulai gerah dan sempat mendatangi penginapan Persipura Jayapura untuk menuntut revolusi.
Akhirnya, setelah 12 pekan hanya mampu memetik lima poin, pelatih Jacksen F Tiago memutuskan untuk mundur. Posisinya kemudian digantikan oleh Angel Alfredo Vera.
Kehadiran pelatih asal Argentina itu membawa angin segar. Persipura Jayapura langsung memetik kemenangan pertamanya setelah delapan pekan terakhir puasa kemenangan.
Perlahan performa tim pun mulai membaik. Dari lima laga yang dipimpin Alfredo Vera, Persipura Jayapura berhasil menang dua kali, imbang dua kali, dan sekali kalah.
Sayangnya, jarak poin yang terlalu jauh membuat Persipura Jayapura belum beranjak dari zona degradasi hingga akhir putaran pertama.
Saat ini, mereka berada di posisi 17 dengan mengoleksi 13 poin. Sepanjang 17 pekan, Persipura Jayapura mengalami 10 kekalahan, 4 hasil seri, dan 3 kemenangan.
Persela Lamongan
Meskipun tidak mampu menembus papan atas, Persela Lamongan sebenarnya menunjukkan kualitas untuk bersaing di papan tengah dan papan bawah.
Pada Seri 1 dan 2, Laskar Joko Tingkir rutin mengoleksi poin untuk menjauhkan diri dari zona degradasi. Selama 10 pekan, mereka mampu mengoleksi 12 poin dari tiga kemenangan dan tiga hasil seri.
Hanya, semenjak kekalahan 1-3 dari Persib Bandung pada pekan ke-11 atau akhir seri 2, Persela Lamongan seperti kehabisan bensin.
Mereka mengalami kekalahan lagi melawan Bali United (1-2), Borneo FC (0-2), dan Persikabo 1973 (2-4). Empat kekalahan beruntun ini kemudian membuat pelatih Iwan Setiawan dan asistennya Didik Ludianto memutuskan mengakhiri kerja sama.
Kursi pelatih kemudian diambil alih oleh Ragil Sudirman yang merupakan asisten pelatih Persela Lamongan. Di tangan sang legenda, Persela Lamongan mengakhiri tren kekalahan dengan imbang melawan PSM Makassar (1-1) dan PSS Sleman (1-1).
Namun, tambahan dua poin itu tak cukup untuk mengangkat Persela Lamongan di tangga klasemen. Alhasil, tim kebanggaan warga Lamongan itu harus rela mengakhiri musim di zona degradasi.
Selama 17 pekan, Persela Lamongan hanya mampu memetik 3 kemenangan, 5 hasil seri, dan 9 kekalahan.
Catatan lainnya Persela Lamongan masuk tiga besar tim dengan tingkat produktivitas gol terendah sepanjang putaran pertama Liga 1 2021-2022. Mereka hanya mencetak 14 gol, menyamai jumlah gol Persipura Jayapura dan empat gol lebih banyak dari Persiraja Banda Aceh.
https://bola.kompas.com/read/2021/12/17/22400098/3-tim-yang-belum-beranjak-dari-tren-buruk-selama-putaran-1-liga-1-2021