KOMPAS.com - Elwizan Aminuddin menjadi sorotan karena kasusnya sebagai dokter gadungan di PS Sleman.
Situasi tersebut menyita perhatian dokter tim Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang juga pernah menangani timnas wanita Indonesia, dr. Grace Joselini Corlesa Setiawan, MMRS, SpKO.
Kasus dokter gadungan PS Sleman itu diketahaui seusai seorang kardiolog bernama Muhammad Iqbal Amin membongkar identitas Elwizan Aminuddin lewat akun Twitter pribadinya, @iqbalamin89.
Dalam foto-foto yang diunggah Iqbal, terlihat bahwa bahwa Elwizan Aminuddin tidak terdaftar di aplikasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), maupun Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti).
Selain PS Sleman, Elwizan Aminuddin diketahui telah bekerja dengan beberapa klub Liga 1, seperti Madura United, Bali United, dan Barito Putera.
Tak hanya itu, Amin bahkan pernah menjabat sebagai dokter timnas Indonesia U16 dan U19.
Saat ditemui Kompas.com di Bali International Convention Centre, Sabtu (4/12/2021), dr. Grace Joselini sangat menyayangkan hal tersebut.
Dia menjelaskan bahwa sejatinya sangat mudah untuk mengecek keabsahan status dokter.
"Sangat disayangkan klub yang ternama seperti PSS atau sekelas tim nasional bisa sampai kecolongan seperti itu," kata dr. Grace Joselini yang saat ini bertugas sebagai Medical Director di Indonesia Badminton Festival (IBF) 2021.
"Itu rekomendasinya dari mana? Dalam situasi ini ijazahnya dipalsukan. Sertifikat olahraga juga harus dilihat dari mana? kalau SPKO tidak mungkin karena jumlah kami di sini sedikit, jadi pasti saling kenal," ujar Grace.
Lebih lanjut, Grace yang juga finalis Putri Indonesia 2009 itu menjelaskan bahwa untuk merekrut dokter dibutuhkan beberapa hal selain STR (Surat Tanda Registrasi), yakni rekomendasi dari IDI dan rekan seprofesi.
"Hal pertama yang paling gampang dilakukan untuk merekrut dokter adalah lihat dia praktiknya di mana. Terutama apabila dia praktik di rumah sakit, perekrutannya tidak mudah," katanya.
"Dia harus punya STR (Surat Tanda Resgistrasi), rekomendasi IDI, kalau dia spesialis harus ada rekomendasi dari perhimpunannya. Belum lagi rekomendasi dari teman sejawat."
"Memang kami di kedokteran terbiasa bahwa teman seprofesi seperti saudara. Jadi, rekomendasi itu penting," ucap dr. Grace.
Dia menjelaskan bahwa memang ada dokter yang tidak terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Namun, status dokternya masih bisa dicek melalui STR di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Oleh karena itu, dr. Grace benar-benar menyayangkan kasus dokter gadungan ini.
Sebab, kurangnya wawasan seorang dokter bisa membayahakan atlet.
"Ada dokter yang memang tidak praktik, tetapi senang di dunia olahraga. Lihat saja STR-nya di KKI."
"Mungkin dia tak terdaftar di IDI karena satu dan lain hal. Namun, paling tidak untuk menangani seseorang harus punya STR," ujarnya.
"Lalu, kalau malas mengecek seperti itu, lihat saja rekomendasinya dari mana? Paling tidak cek teman seangkatannya kenal dia atau tidak? Banyak hal yang bisa dicek selain ijazahnya."
"Sangat disayangkan bisa kecolongan. Jadi dokter kan tidak mudah."
"Kurangnya pengetahuan akhirnya membahayakan orang-orang yang dalam situasi ini adalah atlet yang memang investasinya adalah tubuhnya sendiri," tutur dr. Grace Joselini.
Selain itu, dr. Grace Joselini juga menjelaskan bahwa untuk mendapatkan STR memerlukan proses yang panjang. STR pun hanya berlaku selama lima tahun dan harus diperpanjang.
"Setelah lulus dokter harus ujian kompetensi. Usai lulus baru mendapatkan STR yang berlaku lima tahun sekali," katanya.
"Untuk memperpanjang STR pun dilihat berdasarkan praktiknya, kasus-kasus pasien yang ditangani, kemudian SKP (Satuan Kredit Profesi) misalnya mengikuti workshop, simposium, pengabdian masyarakat, dan penelitian."
"Jadi, untuk mendapatkan STR ada proses dan nilai-nilai SKP yang harus terpenuhi," tutur dr. Grace Joselini menambahkan.
https://bola.kompas.com/read/2021/12/04/17200008/tanggapan-eks-dokter-timnas-wanita-indonesia-soal-dokter-gadungan-pss