KOMPAS.com - Pertandingan partai final Piala FA, Arsenal vs Chelsea, seakan menjadi mimpi yang tak bisa dipercaya oleh kiper Emiliano Martinez.
Penjaga gawang 27 tahun milik The Gunners, julukan Arsenal, itu masih tak percaya dirinya bakal berada di mistar gawang dalam penentuan juara Piala FA.
Semua bermula ketika penjaga gawang kedua di The Gunners itu menggantikan sosok Bernd Leno yang mengalami cedera lutut pada Juni lalu.
Sejak saat itu, dia mendapat kepercayaan dari pelatih Arsenal, Mikel Arteta, sebagai pemain utama.
Sejauh ini, dia tampil apik dalam sembilan kali di Liga Inggris dan dua kali di Piala FA dengan catatan empat nirbobol atau cleansheet.
Penampilan apiknya tersorot ketika bermain di babak semifinal Piala FA kontra Manchester City. Arsenal menang 2-0.
"Laga itu sedikit emosional," kata Emiliano Martinez dikutip laman resmi klub.
"Bukan karena kami mengalahkan Man City, salah satu tim terbaik di Eropa saat ini, tetapi karena perjuangan saya untuk bisa bermain di final bersama klub tercinta," ujar dia.
Jauh sebelum Martinez tampil di bawah mistar Arsenal, dirinya hanya seorang pemain bola miskin di Argentina.
Perjalanan tersebut yang membuatnya merasa emosional ketika mampu membawa timnya ke final Piala FA dan bermain di laga Arsenal vs Chelsea.
"Saya datang dari keluarga miskin," kata Emiliano Martinez.
"Saya ingat di hari saya dan adik saya bisa makan, sementara ibu dan ayah saya tidak. Jadi saya tahu persis apa yang mereka harus lalui," terang kiper Arsenal itu.
"Saya tinggal di Buenos Aires dan saya hanya bertemu mereka dua kali dalam sebulan, karena mereka tidak punya uang untuk beli bensin dan bertemu saya."
"Jadi saya tahu perjuangan mereka untuk saya agar bisa berada di posisi saat ini," jelas Martinez.
Bagi Martinez, sepak bola adalah jalan keluar untuk dirinya dan keluarganya dari himpitan ekonomi.
Pertama kali dilirik oleh Arsenal ketika dirinya berusia 17 tahun dan berseragam Independiente.
Sebelum terbang ke Inggris, dirinya bahkan sempat tak mendapat persetujuan dari keluarga. Namun, memperbaiki ekonomi keluarga membulatkan tekadnya.
"Ibu saya, Susana, dan saudara laki-laki saya, Alejandro, menangis ketika saya pergi ke London. Saat itu, mereka berkata 'Tolong jangan pergi'," cerita Martinez dikutip The Sun.
"Tetapi, pada saat yang bersamaan saya juga melihat ayah saya, Alberto, menangis larut malam karena tak mampu membayar tagihan,"
"Jadi ketika Arsenal menawari saya, saya harus berani. Saya saat itu berusia 17 tahun dan berkata ‘ya’ demi orangtua saya," terang dia.
10 tahun berjalan, dirinya bisa menuai apa yang dia impikan sebelumnya. Hanya saja, partai final Piala FA antara Arsenal vs Chelsea tak bisa dihadiri oleh penonton.
"Sudah 10 tahun sejak saya bergabung di klub ini dan saat peluit akhir, banyak hal yang ada di pikiran saya," kata dia dikutip laman resmi Arsenal.
"Saya berharap fan dan keluarga bisa ada di final, jelas 90.000 atau 80.000 penonton di Wembley bukan sesuatu yang bisa Anda rasakan setiap harinya," ucap Martinez.
"Bagi keluarga saya, bisa melihat saya memenangi trofi di depan 90.000 orang dan mendapatkan medali adalah sesuatu yang berharga," tandas Martinez.
https://bola.kompas.com/read/2020/08/01/18300078/profil-emiliano-martinez-kiper-miskin-di-laga-arsenal-vs-chelsea