KOMPAS.com - Liverpool akhirnya meresmikan jersey kandang mereka untuk musim 2020-2021. Namun, satu detail mengingatkan klub ke era kelam masa lampau.
Jersey baru Liverpool untuk musim depan sekaligus menjadi awal dari kerja sama The Reds dengan raksasa olahraga asal Amerika Serikat, Nike, yang secara resmi dimulai pada 1 Agustus 2020.
Kerja sama ini diyakini berada di angka 30 juta pound per tahun.
Menurut situs resmi Liverpool, pemilihan warna yang dipakai, merah-putih-hijau muda, merupakan "warna-warna tradisional yang dipakai sepanjang sejarah LFC dan terikat dengan lambang tradisional klub."
Ikatan kepada sejarah ini juga dijelaskan oleh VP Global Football Apparel Nike, Scott Munson, kepada Liverpool Echo.
"Kami menciptakan jersey dan koleksi yang merayakan kekayaan kultur kota Liverpool dan klub ini," tuturnya
Situs resmi Liverpool mengatakan bahwa warna hijau dan putih di kerah seragam ini "serupa dengan apa yang dipakai klub pada periode 1993-1996".
Kendati demikian, jurnalis terkemuka asal Inggris, Jonathan Wilson, mengutarakan bahwa pemilihan warna ini mengingatkan akan kemunduran klub pada awal 1990-an.
The Reds memenangi 11 gelar Liga Inggris dalam dua dekade tersebut, termasuk tiga gelar beruntun pada awal 1980an.
Akan tetapi, peruntungan klub berubah pada periode 1990an.
Sedikit yang menduga bahwa gelar Liga Inggris pada 1989-1990 menjadi yang terakhir bagi mereka dalam 30 tahun setelah itu.
Mundurnya Kenny Dalglish pada Februari 1991 karena keletihan yang ia rasakan terkait dengan Tragedi Hillsborough menjadi kehilangan tak bisa tergantikan.
Liverpool masih klub elite tetapi aura tak terkalahkan mereka sudah jauh hilang.
Bagi Liverpool, periode 1993-1996 hanya mendatangkan satu trofi: Piala Liga 1995. Mereka bahkan harus finish di posisi kedelapan Liga Inggris pada 1993-1994.
Musim 1993-1994
Periode pertama Liverpool mulai memakai aksen hijau-putih di jersey mereka datang pada musim 1993-1994.
Musim ini merupakan tahun di mana The Reds memutus diri dari pilar-pilar yang berjasa bagi gelar terakhir klub dengan kepergian Ronnie Whelan dan Bruce Grobelaar.
Keduanya menyusul anggota tim juara lain seperti Barry Venison serta Ray Houghton yang pergi setahun sebelumnya.
The Reds finis peringkat kedelapan musim tersebut dengan raihan 60 poin dari 42 laga. Ian Rush cs terpaut 32 poin dari Manchester United yang menjadi juara.
Beberapa hasil negatif termasuk rentetan empat kekalahan pada September yang membawa mereka menghuni papan bawah klasemen.
Musim 1994-1995
Dalam beberapa hal, musim ini merupakan kemajuan dari sebelumnya.
The Reds berhasil menorehkan 74 poin dan finis peringkat keempat dengan suntikan penampilan ganas dari para bintang muda terutama Robbie Fowler, Steve McManaman, serta Jamie Redknapp.
Akan tetapi, mereka masih tertinggal dari Blackburn Rovers yang secara mengejutkan jadi juara Liga Inggris dengan torehan 89 poin, satu di atas Man United.
Setidaknya, musim tersebut mereka masih mengangkat trofi Piala Liga setelah kemenangan 2-1 atas Bolton.
Musim 1995-1996
Jersey terakhir yang memiliki aksen hijau di kerah sebelum sekarang. Musim 1995-1996 menjadi akhir kisah bagi dua pilar The Reds, Jan Molby serta Ian Rush.
The Reds menjadi penantang papan atas dengan bantuan 28 gol Robbie Fowler di Liga Inggris.
Mereka memulai musim dengan lima kemenangan dari tujuh laga perdana dan tak terkalahkan sejak awal Desember hingga medio Maret.
Akan tetapi, lagi-lagi performa mereka belum mencukupi untuk membawa pulang trofi juara dengan The Reds tertinggal 11 poin dari Man United sang kampiun.
Lawan sama menjadi momok di final Piala FA. The Reds harus mengakui kekuatan rival terbesar mereka itu dengan kekalahan 0-1 di partai pamungkas.
https://bola.kompas.com/read/2020/08/01/18100088/warna-hijau-di-jersey-baru-liverpool-memori-era-kemunduran-the-reds