Penyerang 39 tahun tersebut beralasan di Brasil dia lebih mudah menjalankan physical distancing daripada di Indonesia.
Mantan penyerang Sriwijaya FC tersebut mengakui selama tinggal di apartemennya di Surabaya, dia mendapatkan sejumlah kendala. Salah satunya adalah ketersediaan tempat untuk menjalani latihan.
Di apartemen tempatnya tinggal tidak leluasa latihan di tempat terbuka. Imbauan physical distancing membuat sejumlah sarana umum ditutup.
Imbasnya, pemain bernomor punggung 9 itu merasa kesulitan mendapatkan sinar matahari. Bahkan, dia mengaku kurang enak badan karena lama tidak terkena sinar matahari.
"Di apartemen saya di Surabaya semua tutup baik gym maupun kolam renang. Saya tidak kena sinar matahari," katanya kepada Kompas.com.
"Saya sampai 20 hari tidak keluar sama sekali dari apartemen. Sampai saya sakit karena tidak terkena matahari," katanya.
Karena itu, akhirnya Alberto Goncalves memutuskan kembali ke Brasil. Kebetulan, dia mendesain rumahnya di Brasil untuk menunjang kebutuhan olahraga selama liburan.
Karena itu, dia bisa menjaga kebugaran tubuhnya dengan maksimal.
"Di Brasil, saya punya rumah yang bisa saya gunakan untuk berjemur. Di sana juga ada tempat latihan di lapangan pasir," ucap pemain naturalisasi itu.
Di sisi lain, soal sarana prasarana bukan satu-satunya alasan Beto mudik. Keluarga dan faktor makanan juga memengaruhi keputusannya.
"Saya memilih pulang ke Brasil supaya dekat dengan keluarga dan di sini saya bisa latihan dan makan dengan lebih baik," katanya.
https://bola.kompas.com/read/2020/04/24/01000098/alasan-beto-goncalves-putuskan-mudik-ke-brasil