Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Joko Driyono, Valentine, dan Pertanyaan Pamungkas

KOMPAS.COM - Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, ditetapkan sebagai tersangka dan dicekal ke luar Indonesia. Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Media Satgas Antimafia Sepak Bola, Kombes Polisi Argo Yuwono.

Argo mengatakan penetapan status tersangka Joko Driyono tersebut menyusul tim gabungan dari Satgas Antimfia Sepak Bola, penyidik Polda Metro Jaya, dan Inafis Polda Metro Jaya, menggeledah apartemen milik Joko Driyono pada Kamis (14/2/2019), bersamaan dengan momen Valentine atau hari kasih sayang yang dirayakan di seluruh dunia.

Penggeledahan tersebut dilakukan untuk mencari alat bukti baru untuk memperdalam kasus pengaturan skor di sepak bola Tanah Air.

Dalam penggeledahan tersebut, tim gabungan menyita sejumlah barang dan dokumen. Barang yang disita berupa sebuah laptop merek Apple warna silver beserta charger; sebuah iPad merek Apple warna silver beserta charger, dan dokumen-dokumen terkait pertandingan.

Kemudian, ada juga buku tabungan dan kartu kredit, uang tunai (tidak disebutkan nominalnya), empat buah bukti transfer (struk), tiga buah handphone warna hitam, enam buah handphone, satu bandel dokumen PSSI, dan satu buku catatan warna hitam.

Selanjutnya, satu buku note kecil warna hitam, dua buah flash disk, satu bandel surat, dua lembar cek kuitansi, satu bandel dokumen, dan satu buah tablet merek Sony warna hitam.

Ditetapkannya Joko Driyono sebagai tersangkat terkait dengan laporan LP omor 6990 tanggal 16 Desember 2018 oleh mantan manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, dalam kasus pengaturan skor dalam kasus pengaturan skor (match fixing).

Joko Driyono pun menjadi tersangka ke-12 yang ditetapkan polisi. Sebelumnya 11 orang tersangka berasal dari wasit hingga anggota Komisi Disiplin PSSI.

Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Jokdri pernah diperiksa oleh Polda Metro Jaya pada 24 Januari 2019 lalu.

Sehari setelah Jokdri diperiksa, Kompas.com mendapatkan kesempatan wawancara dengan pria asal Ngawi tersebut. Dalam wawancara tersebut, Kompas.com bertanya soal program kerjanya sebagai PLT Ketum PSSI.

Maklum, masih hangat karena Jokri baru lima hari menjabat posisi tersebut setelah Edy Rahmayadi menyatakan mundur dalam Kongres Tahunan PSSI 2019 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019).

Wawancara tersebut berlangsung selama 40 menit dengan 15 pertanyaan yang diajukan. Pada pertanyaan ketiga, Kompas.com menanyakan strategi Jokdri memulihkan citra sepak bola Indonesia di mata dunia setelah tersandung kasus pengaturan skor.

Betul. Ini tidak mudah. Namun, kita punya keyakinan bahwa PSSI tidak sendirian. Ada Satgas Antimafia Sepak Bola dan publik memberikan atensi luar biasa. Kami tidak mengelak, kecuali bekerja keras dengan mensinergikan semua stakeholder yang ada.

Ada yang bilang revolusi PSSI. Saya setuju itu tapi dalam konteks revolusi pemikiran, revolusi tata kelola, dan kita revolusi kinerja kita. Menurut saya, hanya itu yang bisa kita tekadkan agar trust itu kembali. Bukan pekerjaan membalikan telapak tangan. Sekali saya sampaikan, ini saya harus bertanding di paruh babak kedua.

Pak Edy Rahmayadi telah mengantarkan di paruh babak pertama. Kalau durasi 90 menit pertandingan dibagi 4 tahun, kebutulan ini sepertinya di paruh babak kedua. Fokus kita jalankan sebaik-baiknya agar trust itu kembali. Bukan pekerjaan mudah tetapi kita tidak boleh berputus asa.

Kompas.com pada pertanyaan keempat menanyakan respons Jokdri soal pernyataan Vigit Waluyo yang mengatakan Persija Jakarta dan PSS Sleman sudah disetting juara. Bahkan, Kompas.com memperdalam pertanyaan dengan menantang Jokdri apakah berani mencopot gelar kedua klub bila terbukti bersalah.

Sederhana saja. Sistem di PSSI paripurna. Setiap ada dugaan dan indikasi terhadap itu, penegakkan hukum melalui Komisi Disiplin, bahkan ditambah Komite AD Hoc, percayakan bekerja dan diawasi semua. Tapi jangan sampai juga, ini rumor tidak berujung. Soalnya, jangan sampai sepak bola kita tersandera, katanya...katanya tadi.

Kita harus dibantu dengan indikasi-indikasi yang disampaikan. Kita harus concern dengan itu. Kami yakin Komdis akan bertindak saat fakta-fakta yang disampaikan menguatkan dan memudahkan pengambilan keputusan.

Tidak puas dengan jawaban Jokdri, Kompas.com kembali bertanya, Bagaimana keputusannya bila gelar kedua tim dicabut?

Semuanya. Tidak ada yang harus ditutup-tutupi. Sekali lagi, semuanya (tudingan) harus bisa dibuktikan. Tidak ditriger dari sangka-sangkaan yang menyulitkan kita. Tersandera kita dari dugaan-dugaan itu.

Jokdri kemudian mengindikasikan siap mencabut gelar meskipun dia pemilik Persija.

Saya tidak tutupi itu. Seringkali saya menyampaikan bahwa niatan di Persija harus dimengerti beberapa orang meskipun saya tidak bisa menjelaskan ke satu per satu. Pada 2016, saya membantu Persija untuk transformasi. Tidak ada serupiah pun saya donasikan dan tidak ada serupiah pn sata ambil dari Persija, kecuali tekad tunggal mentransformasi Persija dari centralize ownership ke collective ownership.

Profil Persija yang sehat dengan koorporasi ideal sebagai sebuah klub profesional. Semoga tiga sampai lima tahun bisa terjadi. Ini sebagai catatan lain dalam penggalan hidup saya dalam sepak bola meskipun Persija bukan klub pertama yang saya tangani. Sebelumnya ada Arema, Persis Solo, dan Persiba Balikpapan. Saya sering mengatakan kasihan juga Persija.

Seluruh pemain, ofisial, fans, dan publiknya yang bekerja keras seperti direduksi menjadi juara karena seorang Joko Driyono. Saya mohon maaf sebesar-besarnya bila itu menjadi atribut yang disematkan untuk Persija. Namun, kita semua harus melihat ini dalam kacamata sepak bola agar nilai-nilai sepak bola bisa diwariskan dalam semua keorganisasian mengelola sepak bola.


Setelah itu, Kompas.com mengajukan pertanyan-pertanyaan. Akhirlah sampai pertanyaan terakhir atau pertanyaan ke-15. Pada pertanyaan pamungkas, Kompas.com bertanya,"Sampai kapan Anda bertahan di PSSI?"

Saya mengilustrasikan saat berada di tengah lapangan. Saya enggak boleh memikirkan apa yang dibicarakan ofisial. Saat mereka call Joko ke luar dari lapangan untuk diganti, saya punya kewajiban mengeksekusi inisiatif itu. Sepak bola ini harus take off dan landing dari landasan yang sama. Jadi inisiatif anggota adalah kedaulatan yang paripurna atas masa depan sepak bola ini. Tidak ada yang bisa menghalangi termasuk saya.

Lalu apakah dengan ditetapkannya Jokdri sebagai tersangka menjadi akhir dari kiprahnya di sepak bola nasional?

https://bola.kompas.com/read/2019/02/15/23520398/joko-driyono-valentine-dan-pertanyaan-pamungkas

Terkini Lainnya

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Liga Indonesia
Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Liga Indonesia
Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Liga Indonesia
Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Liga Indonesia
Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bush Internasional

Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bush Internasional

Sports
Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Badminton
Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Liga Indonesia
5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke