KOMPAS.com - Menilik perbandingan perolehan medali cabang olahraga (cabor) dayung pada dua penyelenggaraan Asian Games termutakhir, patutlah muncul kebanggaan di dalam hati rakyat Indonesia.
Pada Asian Games Incheon 2014, cabor ini mengunci perolehan satu medali yakni perunggu. Medali itu diraih di kelas Lightweight Quadruple Sculls.
Empat atlet Indonesia pada nomor tersebut yaitu Isadi Ardi, Hadid Tanzil, Yakin Muhad, dan Ihram menempati posisi ketiga. Catatan waktu yang ditorehkan adalah 6,98 menit.
Pada kelas yang sama, China memenangi medali emas dengan catatan waktu 6,15 menit. Perak menjadi milik Hong Kong dengan capaian waktu 6,7 menit.
Rinciannya, sebagaimana catatan dari laman asiangames2018.id menunjukkan adalah 1 medali emas, 2 medali perak, dan 2 medali perunggu.
"Ini hasil kerja keras sejak 2012," kata pelatih timnas dayung Indonesia Hadris Muhamad.
Ke depan, sudah barang tentu, timas dayung Indonesia bakal mendulang prestasi demi prestasi melalui latihan dan kerja keras. Salah satu sasaran yang dibidik adalah Asian Games Hangzhou, empat tahun mendatang.
Bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, pad tanggal tersebut dilaksanakan Pre-Market Sounding Pengembangan Kawasan Pariwisata di Danau Toba. Kegiatan berlangsung di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta.
Pada intinya, program ini adalah kerja pemerintah mengajak sektor swasta bekerja sama berperan aktif dalam berinvestasi untuk mengembangkan potensi-potensi wilayah wisata sehingga Indonesia memiliki destinasi wisata berkelas dunia.
Danau Toba di Provinsi Sumatra Utara dengan kedalaman 550 meter serta luas 100 kilometer dikali 30 kilometer sudah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 26 Juli 2018 sebagai salah satu dari empat destinasi pariwisata super prioritas yang menjadi fokus pengembangan pemerintah.
Menurut Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo mengatakan target pada dua tahun ke depan sejak BPODT berdiri pada 2018 adalah makin banyaknya investor menanamkan modalnya pada bidang perhotelan, daya tarik wisata, serta lainnya.
Saat ini, imbuh Arie, ada lima proyek infrastruktur yang telah dan sedang dibangun pemerintah untuk menambah makin banyaknya kunjungan para pelancong. Pertama, Bandara Silangit yang kini sudah menjadi bandara internasional dengan penerbangan terjadwal.
Kedua, pembangunan jalan tol Medan hingga Parapat yang bakal rampung pada 2020.
Ketiga, pembangunan jalan nasional yaitu Jalan Lingkar Samosir, Jalan Lingkar Danau Toba, dan lainnya.
Keempat, revitalisasi pelabuhan-pelabuhan di kawasan Danau Toba.
Dalam kesempatan itu, partisipan dari Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) hadir.
Ke depan jika seluruh infrastruktur sudah jadi dan terjalin sebagai sistem, dayung bakal memiliki agenda tetap berskala internasional.
Hal lain yang juga bisa menjadi daya tarik adalah alternatif baru pemusatan latihan nasional (pelatnas) dayung di Danau Toba.
Sudah barang tentu, jika terwujud, lokasi pelatnas itu bisa menjadi pilihan selanjutnya di samping yang selama ini ada, antara lain Waduk Karangkates, Waduk Jatiluhur, maupun di danau Jakabaring.
Kembali ke prestasi dayung, semoga pula, menggapai asa dayung di Asian Games Hangzhou dari Danau Toba, tercapai.
https://bola.kompas.com/read/2018/09/26/18104548/menggapai-asa-dayung-di-asian-games-hangzhou-dari-danau-toba