KOMPAS.com - PT Liga Indonesia Baru mengkonfirmasi menggelontorkan dana lebih dari Rp 100 miliar untuk memborong 15 perangkat VAR (Video Assistant Referee).
Sebelumnya, PSSI juga menyiapkan sumberdaya manusia dengan serangkaian seminar dan training kepada para wasit dan perangkat pertandingan.
Di proyeksi teknologi pembantu wasit tersebut akan diterapkan di Liga 1 2023-2023 yang akan mulai Februari 2024.
Pelatih Bali United Stefano Cugurra menanggapi kehadiran VAR di Liga Indonesia yang kurang beberapa waktu lagi terwujud.
Ia mengatakan baik buruknya penerapan VAR ditentukan kesiapan semua elemen sepak bola di Indonesia.
Pengadaan VAR ini menjadi salah satu upaya menekan kontroversi wasit yang terus berulang. Akan tetapi ia merasa kehadiran VAR tidak serta merta mengentaskan masalah tersebut.
“Ya semua tergantung siapa yang melihat dan mempunyai keputusan di dalam VAR. Mudah-mudahan waktu diterapkan akan lebih bagus untuk Liga Indonesia,” ucap pelatih asal Brasil itu.
Baca juga: 15 VAR Siap Dipakai di Indonesia untuk Liga 1
VAR bukanlah teknologi pengambil keputusan. Alat ini memberikan bantuan sudut pandang lain atas insiden di lapangan yang terlewatkan oleh wasit atau tidak mampu dilihat wasit.
Adapun keputusan tetap berada di tangan wasit dan perangkat pertandingan. Pemahaman wasit terhadap Law of the Game tetap sangat diandalkan.
Selain itu, penerapan VAR dalam sebuah pertandingan tidak selalu berjalan dengan mulus. Terkadang penggunaan teknologi ini justru memancing kontroversi baru.
Stefano Cugurra mengambil contoh penerapan VAR di negaranya, Brasil, yang sempat dikeluhkan oleh penikmat sepak bola di sana.
“Saya berbicara di negara saya Brasil, kadang-kadang keputusan dalam pertandingan lama sekali bisa 8-9 menit untuk wasit memberikan keputusan,” ucap pelatih yang sudah tiga kali juara Liga 1 Indonesia itu.
“Jadi saya pikir sangat buruk karena pemain menunggu lama,” imbuhnya.
Belajar dari kasus sebelumnya di liga besar dunia, seperti Premier League dan Serie A, penerapan VAR di awal banyak mendulang protes, baik dari pelatih, pemain, maupun suporter.
Salah satu alasannya adalah pengambilan keputusan yang memakan waktu.
Hal itu sering kali membuat tim kehilangan momentum. Belum lagi jika digunakan pada saat momen terjadinya gol.
Meskipun gol tetap disahkan, suporter kehilangan gairah merayakan gol.
Belajar dari kasus-kasus sebelumnya, kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan menjadi hal yang krusial pada penerapan VAR supaya tidak menciptakan masalah baru nantinya.
“Mudah-mudahan di Liga Indonesia sudah terlatih agar tidak buang-buang waktu pertandingan,” pungkas Stefano Cugurra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.