Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Ketum PSSI Erick Thohir, Aura Jerman di Indonesia dan Program Naturalisasi

Kompas.com - 16/09/2023, 05:00 WIB
Ferril Dennys,
Ahmad Zilky,
Sem Bagaskara

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, melakukan wawancara langsung dengan  Kompas.com.

Sesi wawancara antara Erick Thohir dan Kompas.com berlangsung di Gedung Danareksa, Jakarta, pada Jumat (15/9/2023).

Dalam kesempatan itu, Erick Thohir berbicara mengenai soal keaktifannya sebagai Menteri BUMN dan Ketua Umum PSSI.

Erick Thohir juga mengungkapkan bahwa sang ayah, Haji Muchamad Teddy Thohir, merupakan inspirasinya dalam membangun karier.

Baca juga: PSSI Sehat maka Timnas Sehat dan Kuat

Menurut Erick Thohir, Haji Muchamad Thohir mampu memberikan pendidikan moral kepada dirinya dengan baik.

Tak hanya itu, Erick Thohir juga menjelaskan mengenai sepak bola Indonesia yang mulai bekerja sama dengan Federasi Sepak Bola Jerman.

Eks pemilik Inter Milan itu lalu mengatakan, naturalisasi pesepak bola dilakukan semata-mata untuk membangun sepak bola Indonesia.

Berikut hasil wawancara Kompas.com dengan Erick Thohir

Anda di Kementerian BUMN aktif lalu di PSSI aktif. Sebenarnya, masalah mana yang lebih berat antara dua organisasi ini?

Dua-duanya berat, tetapi akan ringan apabila tidak ada konflik di pribadi kami. Kami tak ada kepentingan untuk pribadi, kelompok dan lain-lain, itu akan ringan. Dan juga membentuk tim yang kuat untuk mendampingi, juga mempunyai blue print yang harus kami implementasi ditargetkan, itu kenapa seperti di PSSI sejak awal saya katakan, saya fokus tim nasional dulu dan persiapan Piala Dunia U20 sekarang Piala Dunia U17 bukan saya tak peduli liga, pembinaan, itu akan kami lakukan, tetapi bertahap, akhirnya Liga 2 jalan lalu Elite Pro Academy, saya tagih-tagih, mudah-mudahan jalan. Habis ini tim nasional perempuan masih mencari pelatih.

Membangun itu tidak cepat, perlu waktu, BUMN juga baru kami rasakan hari ini, kami menjadi kekuatan ekonomi tetapi tidak memonopoli. BUMN tidak berbisnis dengan rakyat, tetapi mendukung daripada pertumbuhan ekonomi dan melindung UMKM, itu kita lihat performa BUMN yang tadinya untung Rp 13 triliun jadi Rp 124 triliun, sekarang Rp 250 triliun, dan deviden pada negara mencapai Rp 80 triliun sehingga kita bisa lihat negara mempunyai pemasukan selain pajak, ada juga dari BUMN sehingga program yang pro rakyat.

Seperti hari ini harga beras sedang tinggi, ya Pak Jokowi memerintahkan BUMN melalui Bulog program bantuan tangan kepada 21,3 juta keluarga masing-masing September, Oktober, November, 10 Kg. Nah hal seperti ini, jadi saya rasa sama-sama berat tidak ada yang ringan, tetapi selama tak ada konflik, kami membangun tim ada blue print yang jelas, bisa implementasi, Insya Allah, ada jalan dan hasil.

Siapa sosok yang menginspirasi Anda?

Ya, tergantung daripada jenisnya, maksudnya, apakah di bidang usaha, hal lain. Kalau saya, pasti almarhum bapak saya, Haji Muchamad Thohir. Di mana beliau figur yang luar biasa, sejak kecil mendidik keluarga menjadi anak-anak yang memiliki karakter, anak-anak yang ditekankan pendidikan penting. Lalu, menghormati orang lain, kalau mau dihormati, bukan terbalik, jaga nama baik dan lain-lain, dan inspirasi daripada beliau miskin, yatim, tapi usia 10 tahun memutuskan merantau dari kampung Gunung Sugih ke Bandar Lampung untuk sekolah SMP, lalu merantau lagi ke Solo pada SMA sampai akhirnya kuliah di Jakarta dan menjadi pengusaha sukses.

Mungkin ingin tahu dengan kedatangan Frank Wormuth ke Indonesia lalu PSSI bekerja sama dengan Federasi Sepak Bola Jerman, serta terbaru kedatangan tim legenda Borussia Dortmund, apakah ini ada upaya untuk membuat Indonesia beraura sepak bola Jerman?

Saya rasa 20 negara kuat sepak bola di dunia mempunyai filosofi sepak bola negaranya. Kami tak bisa mengikuti mereka (Jerman), jadi harus mencari formulanya. Memang ada Filanesia, saya rasa bagus, tetapi kalau hanya senior dan tak dari akar rumput, itu tidak ada karakter. Nah, karakter itu yang harus dibuat. 

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com