MALANG, KOMPAS.com - Kasus temuan pemain Liga 1 yang diduga ikut pertandingan amatir tengah ramai diperbincangkan.
Pertandingan amatir dengan tajuk tarkam atau fun football memang menjadi salah satu pelarian pemain yang rindu merumput atau karena kebutuhan finansial setelah kompetisi dihentikan.
Namun, tarkam memiliki potensi mendatangkan risiko bagi seorang pemain dari segala penjuru arah.
Mulai dari kondisi lapangan, lawan yang dihadapi, profesionalisme wasit, sampai cara penanganan cedera di lapangan.
Karena itulah sejumlah klub seperti benar-benar memberikan peringatan bahkan sampai ada yang mengharamkan pemainnya mengikuti tarkam walaupun hanya sekedar hiburan saja.
Berbeda lagi dengan Arema FC.
Baca juga: SKEP Nomor 69 PSSI Hanya Sekadar Formalitas Bagi Arema FC
Klub kebanggaan Kota Malang tersebut secara terang mengatakan tidak mengeluarkan larangan bagi pemainya untuk mengikuti tarkam.
Namun, manajemen memberikan peringatan khusus sebelum mengembalikan pilihan kepada pemain.
Ia mengatakan bahwa klub tak akan menanggung biaya perawatan pemain apabila mendapat cedera saat ikut tarkam.
“Saya secara tertulis tidak melarang. Kendati demikian, saya sudah pesan melalui Kuncoro (asisten pelatih Arema FC) supaya hati-hati. Apabila ikut tarkam lalu injured, manajemen tidak akan ikut merawat,“ kata General Manajer Arema FC, Ruddy Widodo.
Ruddy Widodo berdalih mengambil kebijakan tidak populer tersebut lantaran melihat kondisi pemain sendiri.
Baca juga: Turnamen Klub Jatim Belum Jelas, Arema FC Pertimbangkan Undur Perkenalan Dua Anggota Baru
Dia tidak bisa melarang pemainnya menyalurkan hasrat untuk bermain.
Selain itu, dia juga menghormati pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh pemain.
Tidak sedikit pemain profesional yang memilih tarkam sebagai cara untuk menambah pemasukan selama masa pandemi.
Para pemain memang masih mendapatkan gaji sisa pemotongan sebanyak 25%. Namun, jumlah tersebut sangat bervariasi antarpemain dan kebutuhan mereka berbeda-beda.
“Jumlah 25 persen itu kalau bayarannya Rp 100 juta ke atas masih bisa dirasakan. Namun, kalau bayarannya kecil ya nangis,” tutur pria asal Madiun tersebut.
“Yang penting hati-hati,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.