Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blatter Buka Suara soal Kasus Korupsi FIFA

Kompas.com - 28/05/2015, 10:57 WIB
Ary Wibowo

Penulis

Sumber FIFA
ZURICH, KOMPAS.com — Presiden FIFA Sepp Blatter mengaku bakal mendukung penuh langkah otoritas hukum Amerika Serikat (AS) mengusut tuntas kasus dugaan korupsi dan suap dalam proses pemenangan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Pernyataan itu diungkapkan Blatter setelah kepolisian Swiss menangkap sembilan tokoh sepak bola dunia, dan tujuh di antaranya adalah petinggi FIFA, di Zurich, Rabu (27/5/2015). Selain itu, polisi juga menangkap empat eksekutif di bidang pemasaran, serta calo pembayaran ilegal.

Federal Office of Justice (FOJ) Swiss menjelaskan, penangkapan itu dilakukan berdasarkan permintaan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) terhadap kasus korupsi dan suap sejak 1990-an hingga saat ini. Oleh karena itu, menurut FOJ, ke-14 orang yang diduga terlibat tersebut bakal diekstradisi ke AS karena kasusnya bakal dilimpahkan ke Kejaksaan New York.

"Ini adalah waktu yang sulit buat sepak bola, fans, dan untuk FIFA selaku organisasi. Kami mengerti kekecewaan yang telah diekspresikan banyak orang, dan saya tahu kejadian ini akan memberikan dampak pada cara pandang masyarakat terhadap kami," ujar Blatter seperti dilansir dalam situs resmi FIFA.

"Kejadian ini sangat disayangkan. Harus dijelaskan bahwa kami menerima tindakan dan investigasi seperti ini oleh otoritas Amerika Serikat dan Swiss. Hal ini pasti akan membantu FIFA mengeluarkan akar permasalahan dari berbagai tindakan yang salah di dalam dunia sepak bola."

"Saat ada beberapa orang yang frustrasi dengan perubahan, kami tegaskan bahwa aksi seperti ini harus terus dilakukan dan akan dilakukan secara berkelanjutan. Faktanya, aksi dari pihak berwajib di Swiss hari ini juga didukung oleh data yang kami berikan kepada mereka pada tahun lalu."

"Segala macam tindakan yang salah tidak akan memiliki tempat dalam dunia sepak bola, dan kami akan pastikan kalau semua orang yang terlibat akan dikeluarkan dari pertandingan. Menyangkut kejadian hari ini, Komite Etik Independen, yang juga sedang memeriksa tuduhan korupsi pada pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022, akan mengambil tindakan tegas untuk memberikan sanksi individual tersebut dari segala aktivitas berbau sepak bola, baik di level nasional maupun internasional."

"Tindakan seperti ini merupakan langkah sama yang FIFA berikan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengeluarkan siapa pun anggota yang melanggar Kode Etik. Kami akan terus bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencabut semua akar yang menyimpang dari FIFA, untuk mendapatkan kembali kepercayaan Anda dan memastikan bahwa sepak bola dunia bebas dari tindakan menyimpang," tutur Blatter.

Operasi penangkapan dilakukan saat para eksekutif FIFA sedang berkumpul di Zurich untuk melaksanakan kongres yang bakal mengagendakan pemilihan presiden FIFA periode 2015-2019 pada Jumat (29/5/2015). Blatter rencananya akan mencalonkan diri untuk kali kelima.

Bukan kasus baru
Di tengah proses pemilihan presiden baru, semasa kepemimpinan Blatter, FIFA sebelumnya memang kerap dikait-kaitkan dengan berbagai rumor tidak sedap, salah satunya isu suap. Dugaan suap dalam proses pemenangan pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 menjadi isu yang paling sering diangkat ke publik.

Qatar mengalahkan AS, Australia, Jepang, dan Korea Selatan pada proses voting tuan rumah Piala Dunia 2022. Padahal, dalam salah satu laporan teknis, FIFA mengingatkan soal tingginya temperatur udara di negeri Timur Tengah itu selama Juni-Juli, yang berisiko terhadap kesehatan pemain.

Di tengah ramainya seruan pemungutan suara ulang, investigator FIFA, Michael Garcia, melakukan investigasi kasus tersebut sebelum Piala Dunia 2014 bergulir. Hasilnya, FIFA diminta untuk mengutamakan transparansi karena Garcia mengaku kesulitan menyelidiki beberapa kasus itu karena minimnya informasi dari pihak-pihak terkait yang diduga terlibat.

Namun, beberapa pekan setelah melaporkan usulan tersebut, Garcia justru mengundurkan diri. Pria yang bekerja sebagai jaksa di New York itu membuat keputusan tersebut sebagai bentuk protes lantaran Hakim FIFA Hans-Joachim Eckert menilai tak ada bukti korupsi dan penyuapan dalam laporan investigasinya.

Eckert menyampaikan penjelasan soal keputusannya menghentikan penyelidikan terhadap Federasi Sepak Bola Rusia (FUR) dan Federasi Sepak Bola Qatar (QFA) dalam dokumen setebal 42 halaman. Menurut Garcia, laporan Eckert itu tidak lengkap dan memiliki sejumlah kesalahan berkaitan dengan fakta dan kesimpulan dari hasil penyelidikan yang dilakukan Garcia.

Dua generasi
Isu suap dan korupsi di dalam tubuh FIFA memang sudah terjadi selama dua generasi. Pada 1998, Presiden FIFA Joao Havelenge sempat juga tersandung kasus suap. Menurut hasil investigasi Komite Etik pada 2011, pria yang menjabat sebagai ketua pada periode 1974-1998 di FIFA itu terbukti menerima suap hingga 55 juta dollar AS.

Selain isu suap, beberapa anggota FIFA juga beberapa kali terkena skandal dugaan korupsi. Contoh lainnya adalah kasus yang menimpa Canover Watson (43), salah satu dari delapan anggota FIFA Financial Watchdog, yang ditangkap Kepolisian Unit Anti-Korupsi Kepulauan Cayman setelah diduga terlibat dalam kasus korupsi dan pencucian uang.

Menurut pernyataan pihak kepolisian, Watson ditangkap karena dicurigai melakukan pelanggaran yang bertentangan dengan Pasal 13 UU Anti-Korupsi Kepualauan Cayman, serta penyalahgunaan jabatan publik. Selain itu, kepolisian juga melaporkan, telah terjadi konflik kepentingan dan adanya kecurigaan soal pencucian uang, yang bertentangan dengan Pasal 133 UU Hukum Hasil Penerimaan Jabatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Timnas Indonesia
Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Timnas Indonesia
Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Badminton
Pelatih Persik Dukung Timnas U23 Indonesia, Senang Lihat Jeam Kelly Sroyer

Pelatih Persik Dukung Timnas U23 Indonesia, Senang Lihat Jeam Kelly Sroyer

Liga Indonesia
Pensiun Usai Thomas Cup 2024, Momota Bakal Rindu Ginting-Axelsen

Pensiun Usai Thomas Cup 2024, Momota Bakal Rindu Ginting-Axelsen

Badminton
4 Fakta Persebaya Vs Persik, Bajul Ijo Tak Mau Lagi Disakiti Mantan

4 Fakta Persebaya Vs Persik, Bajul Ijo Tak Mau Lagi Disakiti Mantan

Liga Indonesia
Pengamat Malaysia Sebut Timnas U23 Indonesia Main Tanpa Rasa Takut

Pengamat Malaysia Sebut Timnas U23 Indonesia Main Tanpa Rasa Takut

Timnas Indonesia
Hasil New England Vs Inter Miami 1-4: Dikejutkan Gol 37 Detik, Messi Mengamuk

Hasil New England Vs Inter Miami 1-4: Dikejutkan Gol 37 Detik, Messi Mengamuk

Liga Lain
Aji Santoso Sebut Prestasi Timnas U23 Indonesia Bukan karena Keberuntungan

Aji Santoso Sebut Prestasi Timnas U23 Indonesia Bukan karena Keberuntungan

Timnas Indonesia
Berjaya di Eropa, Sayu Bella Raih Kemenangan Balap Sepeda untuk Kedua Kalinya

Berjaya di Eropa, Sayu Bella Raih Kemenangan Balap Sepeda untuk Kedua Kalinya

Sports
Mo Salah Ribut dengan Klopp: Akan Ada Api jika Saya Berbicara

Mo Salah Ribut dengan Klopp: Akan Ada Api jika Saya Berbicara

Liga Inggris
Ernando dan Karakter Adu Penalti

Ernando dan Karakter Adu Penalti

Timnas Indonesia
Jadwal MotoGP Spanyol 2024: Balapan Malam Ini, Marc Marquez Start Terdepan

Jadwal MotoGP Spanyol 2024: Balapan Malam Ini, Marc Marquez Start Terdepan

Motogp
Piala Thomas 2024: Jonatan Dikejutkan Lawan, Menang berkat Ubah Pendekatan

Piala Thomas 2024: Jonatan Dikejutkan Lawan, Menang berkat Ubah Pendekatan

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com