Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Escobar, Kolombia, dan Pesan Kematian di Fortaleza

Kompas.com - 04/07/2014, 13:29 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com - Di Amerika Latin, setiap bagian dari kehidupan sewaktu- waktu bisa dihampiri oleh kekerasan, pembunuhan dan kematian. Dan seperti negara-negara Amerika Latin lainnya, ketiga masalah itu juga tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Kolombia.

Gabriel Garcia Marquez, novelis terkenal asal Kolombia, pernah berkata seperti ini: Kematian adalah bahaya yang tidak dapat dihindari bagi orang Amerika Latin. Pernyataannya itu pun dituangkan dalam karyanya berjudul Chronicle of a Death Foretold (1981).

Melalui novel itu, Marquez menceritakan kronik kematian pemuda bernama Santiago Nasar di Sucre, Kolombia pada 1951. Kematian Santiago itu dipicu pengakuan Angela Vicario yang kedapatan sudah tidak perawan lagi saat dipersunting oleh seorang pendatang kaya bernama, Bayardo San Roman.

Merasa dikhianati, San Roman langsung mengusir Angelia pulang ke rumahnya. Kepada keluarganya, Angelia mengaku bahwa keperawanannya direnggut oleh Santiago. Meski kebenaran pernyataan itu belum terbukti, saudara kembar Angelia, Pedro dan Pablo Vicario, naik pitam. Mereka berdua pun berencana untuk menghabisi nyawa Santiago.

Si kembar Vicario lalu mengumumkan akan membunuh Santiago kepada setiap orang yang mereka temui di jalan, tempat makan maupun pasar. Hal itu membuat seluruh warga di Sucre tahu akan rencana Pedro dan Pablo. "Mereka hendak membunuh Santiago Nasar." Begitulah obrolan dari mulut ke mulut orang di Sucre yang akhirnya juga sampai ke telinga calon korban, Santiago.

Santiago sempat dilanda kebingungan mengapa Pedro dan Pablo ingin membunuhnya. Namun, karena merasa tidak bersalah, Santiago tetap berusaha tenang. Akhirnya, pada suatu pagi, Santiago tetap menjalankan aktivitasnya pergi ke gereja. Santiago tak memikirkan bahwa Pedro dan Pablo bisa kapan saja membunuhnya.

Betul saja, sementara Santiago di dalam gereja, Pedro dan Pablo sabar menunggu Santiago di luar gereja. Ketika Santiago keluar gereja dan berjalan pulang, dua bersaudara itu mengikuti dan memata-matai Santiago.

Seorang warga desa yang melihat ancaman bagi Santiago itu pun berteriak, "Santiago, lari. Santiago, lari!" Begitu mendengar peringatan itu, Santiago lari menuju rumahnya. Namun, Pedro dan Pablo mampu menyergapnya tepat di depan pintu rumah dan menjalankan rencana jahat mereka. Pedro menusukkan pisau ke lambung Santiago sebanyak tiga kali.

Tante Santiago, Wenefrida Marques, kemudian datang dan melihat keponakannya sudah tersungkur bersimbah darah di halaman rumah. Dalam kebingungan dan kesedihan, Wenefrida Marques mendengar tetangga-tetangga berteriak, "Mereka (Pablo dan Pedro) telah membunuh Santiago Nasar."

Kronik
Dari sepenggal kisah novel itu, Garcia Marquez mengisahkan secara detail bagaimana rencana pembunuhan Santiago berjalan terbuka di lingkungan masyarakat Kolombia. Ibaratnya, seperti di negara Amerika Latin lain, kronik itu menunjukkan bahwa pesan kematian adalah sebuah irasionalitas yang sudah diketahui masyarakat Kolombia, termasuk korbannya sendiri.

Garcia Marquez juga menuliskan novel itu berdasarkan pengalaman pribadi. Ruben Pelayo dalam karyanya berjudul Gabriel Garcia Marquez: A Critical Companion menuliskan bahwa dalam sebuah wawancara dengan La Nacion, Garcia Marquez, menyebut karakter Santiago Nasar dalam novel merupakan temannya semasa kecilnya bernama Cayetano Gentile Chimento.

Pembunuhan dan kematian adalah bagian dari kekerasan. Dan di Amerika Latin, kekerasan itu tak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat karena apa pun bisa menjadi alasan seseorang untuk membunuh. Apa pun tampaknya tidak masuk akal dan konyol cukup bagi seseorang menghilangkan nyawa orang lain.

Santiago kehilangan nyawa karena San Roman tak mau menerima Angelia. Sebagai saudara kandung, Pedro dan Pablo merasa harus membalas penghinaan dari San Roman kepada Santiago. Pemain tim nasional Kolombia Andreas Escobar tewas ditembak di area parkir diskotek Padua, Medellin pada 1 Juli 1994, atau sepuluh hari setelah dia mencetak gol bunuh diri saat menghadapi Amerika Serikat dalam penyisihan Grup A Piala Dunia.

Sebelum pertandingan melawan AS, pelatih Kolombia Francisco Maturana dan gelandang Gabriel Jaime Gomez sempat menerima telepon berisi ancaman pembunuhan. Sang penelepon gelap tersebut juga mengancam akan membakar rumah mereka di Medellin jika Gomez dimainkan melawan AS.

“Pesan atau ancaman serupa itu biasa sekali terjadi di negara kami”, kata Maturana. Antonio Correa, asisten Maturana menambahkan, “Beberapa fans tidak puas akan permainan Gomez. Biar bagaimana pun ancaman itu tentu memusingkan kepala pelatih kami.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com