Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Magdalena, Nazi, dan Pertaruhan Bayern di Eropa

Kompas.com - 25/05/2013, 08:11 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Maret 1940, Hermann Wilhelm Goering, seorang petinggi Nazi, menyerukan kepada seluruh penduduk Jerman untuk mendonasikan metal (metallspende) untuk perusahaan baja miliknya, Reichswerke Hermann Goering. Seruan itu tidak lepas dari usaha menjadikan Jerman sebagai kekuatan militer terbesar di dunia pada Perang Dunia II.

Kekalahan di Perang Dunia I dan kemunculan paham chauvinisme di sejumlah negara Eropa, membuat Third Reich, di bawah pimpinan Adolf Hitler, sibuk mencari cara agar tidak dipandang sebelah mata. Salah satu upaya mereka adalah membesarkan bidang industri untuk angkatan perang agar memuluskan rencana menguasai dunia.

Goering dalam Shifting Memories: The Nazi Past in the New Germany karya Klaus Neumann disebutkan merupakan salah satu petinggi Nazi yang menaruh perhatian khusus pada industri baja di Jerman. Bahkan, pada 1939, Goering disebut sukses menguasai 50 hingga 60 persen perekonomian industri berat, termasuk baja, di negara tetangga, seperti Ceko dan Austria.

Pada 1940, Goering kemudian membuat kebijakan agar seluruh masyarakat dan institusi di Jerman, termasuk juga klub sepak bola untuk membantu mewujudkan rencana Reich Ketiga. Masyarakat diharuskan menyumbangkan benda-benda yang terbuat dari metal atau baja untuk menjadi bahan utama dalam sejumlah industri perang Nazi.

Beberapa masyarakat patuh pada kebijakan Goering. Namun, ada juga yang tidak. Salah satunya, Magdalena Heidkamp, istri Konrad "Conny" Heidkamp, kapten Bayern Muenchen era 1930-an. Ketika rakyat Jerman mengumpulkan benda-benda metal untuk disumbangkan, Magdalena mempunyai cara tersendiri agar trofi milik Bayern dan juga suaminya selamat dari "jajahan" Nazi.

Ide Magdalena saat itu adalah mengubur trofi-trofi milik Bayern di desa tempatnya menghabiskan masa kecil, Wolfratshausen. Trofi-trofi seperti medali dan lencana itu dimasukkannya ke dalam kotak perhiasan, sebelum dikubur ke dalam tanah. Tercatat dua kali Magdalena melakukan perjalanan ke desa itu agar harta yang menjadi tanda prestasi sepak bola suaminya tetap aman.

Dua setengah dasawarsa berlalu. PD II sudah berakhir. Pun halnya era kejayaan Nazi di Jerman. Dalam biografinya berjudul My Life with Connie Heidkamp, Magdalena mengaku sempat mengunjungi Sabener Road, pusat klub Bayern kala itu. Kemudian ia berkata, "Ini adalah pertama kali saya melihat trofi ini, yang sebelumnya saya tahu hanya berada di kotak (perhiasan)." Ibarat pertarungan, Bayern menang 1-0 atas hegemoni Goering.

Sejarah
Sepenggal kisah Magdalena itu merupakan bukti bahwa Bayern merupakan klub tersukses dengan sejarah besar yang memiliki kasta tinggi di Jerman. Namun, sejatinya, meraih kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pun halnya dengan perjuangan para penggawa Bayern di dalam lapangan di ranah Jerman.

20 tahun setelah perang berakhir, ketika klub-klub modern di Eropa bermunculan, Bayern kalah saing dari TSV 1680 Muenchen untuk masuk ke kompetisi dengan sistem baru (Bundesliga) pada 1963. Krisisi finansial menjadi penyebab utama keterpurukan Bayern yang pada periode 1945 hingga 1963 harus membongkar pasang kursi kepelatihan sebanyak 13 kali.

Pada akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bersama talenta-talenta muda seperti Franz Beckenbauer, Gerd Mueller, dan Sepp Maier, Bayern mampu promosi ke Bundesliga. Butuh dua musim bagi Die Rotten agar bisa keluar dari keterpurukan dan kemudian merasakan untuk kali pertama mencicipi bermain di Bundesliga pada 1965.

Bahkan, Beckenbauer dan kawan-kawan langsung sukses memenangkan DFB-Pokal di tahun pertama dan menduduki peringkat ketiga Bundesliga. Pada 1969, mereka mampu meraih gelar Bundesliga pertama. Memasuki 1970-an, era emas dimulai. Publik Olympic Stadium (kandang Bayern waktu itu) merasakan naik podium tiga kali berturut-turut di Liga Champions pada 1974, 1975 dan 1976.

Memasuki era 1980-an, Bayern masih menunjukkan konsistensi di dalam lapangan dengan meraih lima gelar Bundesliga (1981, 1985, 1986, 1987, dan 1989), dan tiga DFB Pokal (1982, 1984 dan 1986). Namun, cerita di luar lapangan sedikit berbeda. Bayern beberapa kali melakukan pergantian manajemen dan pelatih serta sempat mengalami krisis finansial.

Hanya saja, beberapa masalah itu perlahan teratasi. Bayern pun mampu menjelma menjadi klub yang memiliki efisiensi operasi dan kinerja keuangan yang stabil. Seiring dengan berkembangnya Bundesliga menjadi salah satu liga paling baik secara finansial, Bayern pun menjelma menjadi klub papan atas di Jerman maupun dunia.

Favorit
Dengan latar belakang sejarah dan nama besar tersebut, tak bisa dipungkiri Bayern lebih difavoritkan menang atas Borussia Dortmund pada final Liga Champions di Wembley Stadium, Sabtu (25/5/2013). Tak hanya sampai di situ, Bayern pun disebut-sebut berpeluang menjadi klub pertama yang bisa menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut ke depannya nanti.

Sejumlah penilaian itu bukan isapan jempol semata. Hal tersebut bisa dilihat dari langkah kerja sama antara Bayern dan Pep Guardiola yang musim depan melatih Arjen Robben dan kawan-kawan. Banyak yang mengira awalnya Guardiola akan hijrah ke klub kaya ataupun klub yang bermain di kompetisi "terpopuler", contohnya Manchester United atau Chelsea di Premier League.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

    Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

    Timnas Indonesia
    4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

    4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

    Timnas Indonesia
    Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

    Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

    Internasional
    Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

    Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

    Timnas Indonesia
    Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

    Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

    Timnas Indonesia
    Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

    Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

    Timnas Indonesia
    STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

    STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

    Timnas Indonesia
    Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

    Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

    Liga Indonesia
    Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

    Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

    Timnas Indonesia
    Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

    Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

    Timnas Indonesia
    Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

    Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

    Timnas Indonesia
    Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

    Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

    Timnas Indonesia
    Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

    Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

    Timnas Indonesia
    Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

    Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

    Timnas Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun 'Menari'...

    Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun "Menari"...

    Timnas Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com