Namun, Guardiola lebih memilih Bayern, yang jelas, secara finansial lebih stabil dibanding dua klub di atas. Melihat keseriusan Bayern mengeluarkan dana besar untuk merekrut Javi Martinez atau "membajak" Mario Goetze dari Dortmund, menunjukkan bahwa Bayern serius untuk mempersiapkan rezim baru "Barcelona" bersama Guardiola di Allianz Arena.
Belum lagi, jika menelisik konsistensi Bayern sepanjang musim ini di Bundesliga ataupun Eropa. Di dalam negeri, Bayern mampu mengangkat trofi dengan keunggulan 25 angka atas Dortmund. Selain itu, mereka juga sukses mencetak rekor baru yaitu perolehan 91 poin pada klasemen akhir dengan produktivitas gol plus-80! Secara total, dari 34 laga, Bayern mengoleksi clean sheet 21 pertandingan.
Sedangkan, untuk rekor pertemuan Bayern dengan Dortmund sepanjang musim ini, kedua kubu bertemu empat kali. Di Bundesliga, Bayern dan Dortmund dua kali berbagi angka. Namun, sisanya, Bayern berhasil membuat rivalnya itu gigit jari karena mampu mencuri gelar Piala Super Jerman (menang 2-1) dan DFB-Pokal (menang 1-0) dari tangan Die Borussen.
Setali tiga uang, pada perhelatan Liga Champions, Bayern masih menunjukkan konsistensinya. Lihat saja bagaimana skuad asuhan Jupp Henyckes tersebut menghancurkan Barcelona di semifinal dengan agregat 7-0 setelah sebelumnya juga mereka memberikan mimpi buruk bagi Juventus di perempat final (agregat 4-0).
Hasil Akhir
Memang, sepak bola bukanlah rumus fisika. Ribuan pertandingan besar maupun kecil pernah menjadi bukti tuah kehebatan olahraga tertua di dunia tersebut. Tidak ada yang bisa diprediksi hingga peluit akhir pertandingan dibunyikan oleh wasit di tengah lapangan. Pemikiran seperti itu pun ada dalam benak beberapa pengurus Bayern.
"Kami hanya bisa menjawab (peluang juara Bayern) setelah pertandingan final berakhir. Kami belum memenangkan apa-apa," kata Direktur Olahraga Bayern, Matthias Sammer.
Apalagi, Bayern tentunya akan dibayang-bayangi oleh kalimat kegagalan ketika menghadapi Inter Milan pada final 2010 dan Chelsea (2012). Bahkan, Bayern juga pernah merasakan sakitnya kehilangan gelar yang sudah berada di depan mata hanya dalam kurun waktu dua menit saat menghadapi MU pada final 1999.
"Kami seringkali bermain sangat baik, tetapi kami tidak cukup waspada hingga detik-detik akhir pertandingan," ungkap Sammer.
Sejatinya, Bayern memang belum pernah tertawa di podium kemenangan Liga Champions sejak 12 tahun silam, setelah terakhir mengalahkan Valencia di final 2001 di Milan, Italia. Tapi, bisa dikatakan, Bayern saat ini tengah mencari cara untuk menyelamatkan kebesaran sejarah dan nama besar mereka di dunia, sama dengan tujuan Magdalena ketika "mengalahkan" Goering untuk menyelamatkan sejarah kebesaran nama sang suami tercinta dan klubnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.