Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal "Sepak Bola Gajah", LPSK dan Polisi Diminta Proaktif

Kompas.com - 31/07/2015, 15:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Pengakuan terbuka empat mantan pemain PSS Sleman mengenai praktik pengaturan skor pada laga melawan PSIS Semarang, tahun lalu, hendaknya menjadi momentum bagi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, polisi, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk proaktif membantu mengungkap kejahatan yang merusak insan sepak bola.

Hal itu ditegaskan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Kamis (30/7), di Jakarta, menanggapi munculnya pengakuan empat mantan pemain PSS Sleman pada Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI), Rabu (29/7), di Yogyakarta.

Setelah lama bungkam, empat mantan pemain PSS Sleman itu bersaksi soal sepak "bola gajah", laga tak sportif antara PSS versus PSIS Semarang pada kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2014. Keempat pemain mengatakan, mereka dipaksa untuk mengalah dalam laga itu oleh beberapa pihak.

Pemain yang bersaksi dalam acara yang digelar FDSI itu adalah Satrio Aji, Ridwan Awaludin, Monieaga Bagus, dan seorang pemain yang minta disamarkan namanya (sebut saja Ronald).

"Kami ikhlas memberikan kesaksian ini, tidak ada tekanan dari siapa pun. Sudah terlalu lama kami diam dan belum ada kesempatan ngomong di media soal kasus sepak bola gajah," ungkap Satrio.

Dia mengatakan, menjelang laga melawan PSIS, para pemain sebenarnya ingin bermain normal. Namun, sesaat sebelum pertandingan mulai, para pemain diinstruksikan untuk mengalah agar PSS tidak bertemu Pusamania Borneo di Semifinal.

Ronald menuturkan, pada babak kedua laga PSS versus PSIS, dia dipanggil petinggi klub yang berada di pinggir lapangan. Saat itu, Ronald mengaku diperintahkan untuk mencetak gol bunuh diri.

Dorong proaktif

Imam menegaskan, kasus sepak bola gajah memang peristiwa yang nyata dan tidak bisa dibantah oleh siapa pun dengan dalih apa pun. "Bahwa hanya itu yang terungkap, itulah hebatnya. Mereka bisa menutupi semuanya. Tetapi, pada akhirnya, kan, tidak bisa ditutupi karena mereka tidak betah juga, dan hari ini mereka mengatakan itu. Saya akan terus mendorong, siapa pun yang menjadi korban mafia bola ini untuk berbicara kepada publik. Untuk melaporkan kepada aparat hukum, juga menuntut hak-haknya," papar Imam.

Imam menyatakan siap untuk bertemu dengan para mantan pemain PSS Sleman itu. "Ada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), lembaga yang resmi dimiliki pemerintah untuk proaktif melindungi mereka. Sekarang kita dorong bagaimana LPSK untuk melindungi setiap warga yang ingin bicara jujur, ingin menyampaikan kebenaran, dan itu fakta yang harus mereka komunikasikan," ujarnya.

Imam mendorong polisi dan Komisioner Komnas HAM untuk proaktif dan turun ke lapangan. "Menurut saya, sisi ini yang harus didalami Komnas HAM. Saya kira kalau Komnas HAM terlibat secara obyektif dalam penyelesaian mafia bola, itu lebih baik," papar Imam.

Laga "sepak bola gajah" antara PSS dan PSIS terjadi pada Minggu, 26 Oktober 2014, di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta. Pertandingan itu merupakan laga terakhir Grup N Divisi Utama Liga Indonesia. (HRS/OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Juventus Vs AC Milan, Tidak Ada Pemenang

Juventus Vs AC Milan, Tidak Ada Pemenang

Liga Italia
Hasil Lengkap Tim Indonesia di Piala Thomas & Uber 2024

Hasil Lengkap Tim Indonesia di Piala Thomas & Uber 2024

Badminton
Hasil Man United Vs Burnley: Gol Penalti Buyarkan Kemenangan MU

Hasil Man United Vs Burnley: Gol Penalti Buyarkan Kemenangan MU

Liga Inggris
Catat Rekor Apik di Stadion Abdullah bin Khalifa, Modal Indonesia Lawan Uzbekistan

Catat Rekor Apik di Stadion Abdullah bin Khalifa, Modal Indonesia Lawan Uzbekistan

Timnas Indonesia
3 Hal yang Harus Dibenahi Indonesia Jelang Vs Uzbekistan

3 Hal yang Harus Dibenahi Indonesia Jelang Vs Uzbekistan

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024: Sananta Kartu AS, Kecepatan Jadi Modal Indonesia

Piala Asia U23 2024: Sananta Kartu AS, Kecepatan Jadi Modal Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Sprint Race MotoGP Spanyol 2024: Jorge Martin Menang, Marquez Jatuh

Hasil Sprint Race MotoGP Spanyol 2024: Jorge Martin Menang, Marquez Jatuh

Motogp
Hasil West Ham Vs Liverpool 2-2, The Reds Gagal Menang

Hasil West Ham Vs Liverpool 2-2, The Reds Gagal Menang

Liga Inggris
Tahu Kekuatan Indonesia, Uzbekistan Bersiap

Tahu Kekuatan Indonesia, Uzbekistan Bersiap

Timnas Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Berjaya, Indonesia Bekuk Inggris

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Berjaya, Indonesia Bekuk Inggris

Badminton
Piala Asia U23: Uzbekistan Kuat, Indonesia Punya Pengalaman dari Ferarri-Hokky

Piala Asia U23: Uzbekistan Kuat, Indonesia Punya Pengalaman dari Ferarri-Hokky

Timnas Indonesia
Arteta Dapat Saran dari Wenger untuk Bawa Arsenal Juara Liga Inggris

Arteta Dapat Saran dari Wenger untuk Bawa Arsenal Juara Liga Inggris

Liga Inggris
Hasil Kualifikasi MotoGP Spanyol 2024: Marquez Terdepan, Disusul Bezzecchi-Martin

Hasil Kualifikasi MotoGP Spanyol 2024: Marquez Terdepan, Disusul Bezzecchi-Martin

Motogp
Hasil Piala Thomas 2024: Fajar/Rian Menang, Indonesia Unggul 2-0 Atas Inggris

Hasil Piala Thomas 2024: Fajar/Rian Menang, Indonesia Unggul 2-0 Atas Inggris

Badminton
Prediksi Bung Ahay: Peluang Indonesia ke Final Terbuka, Waspada Gaya Eropa

Prediksi Bung Ahay: Peluang Indonesia ke Final Terbuka, Waspada Gaya Eropa

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com