Bersama Pioli, Milan memastikan kelolosan lagi ke Liga Champions pada akhir musim 2020-2021, setelah tujuh musim absen.
Titel scudetto pada semusim berikutnya lantas memutus dahaga 11 tahun penantian untuk kembali tampil sebagai tim nomor satu Negeri Piza.
Pioli menunjukkan bahwa julukan Il Normalizzatore (Tukang Normalisasi) yang melekat kepadanya bukan tipu-tipu.
Di bawah kendali Pioli, Milan berturut-turut finis di tangga ke-6 (2019-2020), 2 (2020-2021), 1 (2021-2022), 4 (2022-2023), dan 2 (2023-2024). Pioli memastikan Milan kembali berada di habitat normal mereka.
Patut dicatat pula dalam 239 pertandingan mengarsiteki AC Milan di semua ajang, Pioli mengemas rasio kemenangan 54,39 persen.
Di antara pelatih di sepanjang sejarah Milan yang menukangi tim minimal dalam dua musim, statistik Pioli itu cuma kalah dari lima nama, yakni Lajos Czeizler, Antonio Busini, Carlo Ancelotti, dan Cesare Maldini.
Deretan catatan manis tersebut kini barangkali sudah mulai luntur dalam ingatan pencinta Milan, sesuatu yang sama sekali tak dipersoalkan oleh Pioli.
"Milan tidak boleh hidup dalam kenangan, tetapi harus mampu menaklukkan memori baru," tulis La Gazzetta dello Sport via Sempre Milan, soal alasan kenapa Pioli tak lagi ingin suporter menyanyikan "Pioli is On Fire" mulai November 2023.
Baca juga: Resmi, AC Milan Berpisah dari Stefano Pioli
Lagu "Pioli is On Fire" kabarnya juga tak akan masuk daftar putar jelang laga Milan vs Salernitana, yang akan menjadi saksi langkah-langkah terakhir sang pelatih 58 tahun itu menuju pintu keluar San Siro.
Pioli tak ingin hidup di masa lalu, saat dirinya menerima benci lalu menyala karena "api cinta" Rossoneri.
“Saya bukan pahlawan atau korban, tapi saya punya tanggung jawab, beban, dan kehormatan sebagai pelatih Milan,” ujar Pioli merespons kutipan tokoh dalam film Batman, Harvey Dent, yang mengatakan "Anda mati sebagai pahlawan, atau hidup cukup lama untuk menjadi penjahat".
Api cinta itu sekarang mungkin tak lagi berkobar atau bahkan sama sekali telah padam. Melihat perjalanan musim 2023-2024 yang bergelombang dan memuat badai cedera hebat, tak sedikit yang menyebut Pioli sebagai kambing hitam atau "penjahat".
Jurnalis senior La Gazzetta dello Sport, Luigi Garlando, pernah menulis bahwa Pioli sejatinya tak melakukan kesalahan atau "dikhianati" pemain.
Milan mentok karena murni siklus dengan Pioli memang sudah mencapai ujung dan harus berakhir.
Suporter atau fan Milan pun pantas jika ingin segera membuka lembar baru dan cepat melupakan musim berliku dengan Pioli.
Namun, terlepas dari itu semua, cerita sukses di Milan akan tetap abadi bersama Pioli. Ia hanya perlu melihat tato scudetto di tangan kiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.