Kepercayaan diri tinggi menyambut pertandingan kedua melawan Vietnam. Para pemain Indonesia berhasil membuat kacau pertahanan Vietnam dengan permainan cepat, pressing tinggi, tiki-taka, dan umpan lambung yang membingungkan lawan.
Gol Asnawi Mangkualam Bahar akhirnya membuat Vietnam menyerah. Pelatih Vietnam, Philippe Troussier, mengakui kesulitan menghadapi tim Indonesia, terutama dengan kehadiran para pemain keturunan yang bermain di klub Eropa.
Kombinasi pemain lokal dan pemain keturunan Indonesia memang memberikan keunggulan taktis. Skema permainan Indonesia menjadi lebih dinamis, dengan tiki-taka yang lancar, umpan lambung efektif, dan serangan balik mematikan.
Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, juga memberikan apresiasi atas perkembangan pesat Indonesia di bawah arahan Shin Tae Yong.
Melihat sejarah beberapa negara seperti Jepang, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina, strategi naturalisasi telah menjadi amunisi yang cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas tim nasional baik di level dunia, Asia, ataupun regional ASEAN.
Meskipun demikian, upaya serupa di China dan Qatar tampaknya belum mencapai hasil yang diharapkan di tingkat dunia.
Kendati begitu, godaan untuk mengadopsi strategi naturalisasi tetap mengemuka, karena dinilai sebagai solusi jangka pendek untuk meningkatkan daya saing tim nasional.
Acuan paling ideal dengan strategi kombinasi pemain lokal dan naturalisasi adalah Jepang. Ideal dalam arti pembinaan pemain lokal berkembang dijalankan secara benar, namun jika ada kekurangan, gap tersebut bisa diisi pemain naturalisasi.
Dengan program pembinaan yang baik, kita melihat tak henti-hentinya pemain lokal Jepang banyak bersinar di Eropa termasuk generasi seperti Shinji Kagawa (ex-Manchester United), Kaoru Mitoma (Brighton & Hove Albion), Takehiro Tomiyasu (Arsenal), hingga Takefusa Kubo (Real Sociedad).
Keunggulan para pemain Jepang saat ini adalah ketenangan, makin tajam di depan gawang, presisi umpan, sentuhan halus kaki terhadap bola, permainan kolektif tim serta keberanian duel satu lawan satu, meningkat pesat dibanding cara bermain mereka di era 1990-an yang masih gampang kehilangan bola terutama saat berhadapan satu lawan satu dan suka membuang peluang di depan gawang.
Tak heran dalam dua tahun terakhir Jerman pun sudah bisa dikalahkan Jepang di Piala Dunia 2022 maupun di laga ujicoba di kandang Jerman, beberapa bulan lalu.
Secara umum, butuh waktu 20-30 tahun bagi Jepang untuk mencapai level dunia dan stabil seperti itu.
Kualitas Thailand dan Vietnam terlihat berjalan sudah menuju level Asia, disusul Indonesia dan Malaysia, meskipun saat ini Vietnam terlihat agak menurun.
Tentunya masih panjang perjalanan menuju level dunia menyamai Jepang. Namun melihat progres yang baik dari timnas Indonesia, rasanya strategi kombinasi pemain lokal dan naturalisasi cukup layak dipertahankan dalam beberapa tahun kedepan sambil belajar mengikuti pola Jepang yang berhasil dalam mengembangkan pemain lokal-nya.
Selain faktor kombinasi pemain lokal dan naturalisasi, saat ini memang gaya pelatih Korea Shin Tae Yong yang cocok buat Indonesia.