Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch N Kurniawan
Dosen

Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University | Praktisi Kehumasan | Mantan Jurnalis Energi, Lingkungan, Olahraga

Timnas Indonesia Lolos ke 16 Besar Piala Asia 2023, Layak atau Hoki?

Kompas.com - 26/01/2024, 15:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA hari lalu, saya mengirim pesan WhatsApp kepada salah satu mentor saya yang berasal dari Jepang, menyampaikan antusiasme mengenai pertandingan penentuan antara timnas sepak bola Indonesia dan Jepang di Grup D Piala Asia.

"Saya optimistis kedua tim akan tampil gemilang dan melangkah ke babak gugur," tulis saya. Mentor saya pun mengamini sebagai tanda persahabatan.

Hasilnya, meskipun timnas Indonesia berada di peringkat 142 dunia, secara keseluruhan, mereka berhasil bermain cukup baik, mampu mengatasi rasa grogi ketika bersaing dengan tim sekelas Jepang yang berada di peringkat 19 dunia. Kalahnya pun tidak terlalu jauh 1-3.

Dengan perolehan 3 poin setelah memenangkan pertandingan melawan Vietnam, Indonesia masih memiliki harapan untuk melaju sebagai salah satu dari empat tim terbaik peringkat ketiga.

Saya pun menyaksikan via smartphone pertandingan sisa di Grup E antara Bahrain (3 poin) Vs Yordania (4 poin), dan di Grup F antara Oman (1 poin) Vs Kirgizstan (0 poin), sambil berharap pertandingan Oman Vs Kirgizstan akan berakhir imbang agar timnas bisa lolos ke babak gugur.

Benar saja, Oman hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan Kirgizstan. Alhasil, Oman gagal melaju ke babak gugur karena hanya mengumpulkan total 2 poin di peringkat ketiga di Grup F, kalah bersaing dengan Indonesia.

Sejarah pun tercipta, Indonesia lolos pertama kali ke 16 besar Piala Asia.

Layak atau hoki?

Grup D Piala Asia kali ini benar-benar menjadi ujian berat bagi Indonesia, dengan kehadiran tim-tim tangguh seperti Jepang, Irak (peringkat 61 dunia), dan Vietnam (peringkat 100 dunia).

Ditambah lagi, performa timnas Indonesia menjelang Piala Asia terbilang kurang memuaskan.

Menghadapi Irak beberapa bulan sebelumnya dalam kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia menelan kekalahan telak 1-5, serta bermain imbang 1-1 melawan Filipina.

Laga ujicoba juga tidak memberikan harapan, dengan kekalahan 0-4 dan 1-2 dari Libya, serta pukulan telak 0-5 dari Iran.

Namun, begitu pentas Piala Asia dimulai, timnas Indonesia tampil dengan karakter luar biasa. Pertandingan pertama melawan Irak hampir saja menjadi kejutan besar. Meski kalah 3-1, Indonesia berhasil menahan imbang 1-1 hingga menjelang akhir babak pertama.

Meskipun permainan sedikit canggung, timnas Indonesia tetap tampil penuh semangat dan tidak gentar menghadapi Irak.

Gol cemerlang Marselino Ferdinan (Lino), dengan build-up tiki-taka dari belakang hingga ke serangan, menjadi sorotan positif.

Tak ketinggalan, momen gemilang Yakob Sayuri mengolongi pemain belakang Irak, memberikan umpan akurat, dan diakhiri dengan sepakan gol oleh Lino, menambahkan kegembiraan bagi Indonesia.

Kepercayaan diri tinggi menyambut pertandingan kedua melawan Vietnam. Para pemain Indonesia berhasil membuat kacau pertahanan Vietnam dengan permainan cepat, pressing tinggi, tiki-taka, dan umpan lambung yang membingungkan lawan.

Gol Asnawi Mangkualam Bahar akhirnya membuat Vietnam menyerah. Pelatih Vietnam, Philippe Troussier, mengakui kesulitan menghadapi tim Indonesia, terutama dengan kehadiran para pemain keturunan yang bermain di klub Eropa.

Kombinasi pemain lokal dan pemain keturunan Indonesia memang memberikan keunggulan taktis. Skema permainan Indonesia menjadi lebih dinamis, dengan tiki-taka yang lancar, umpan lambung efektif, dan serangan balik mematikan.

Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, juga memberikan apresiasi atas perkembangan pesat Indonesia di bawah arahan Shin Tae Yong.

Melihat sejarah beberapa negara seperti Jepang, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina, strategi naturalisasi telah menjadi amunisi yang cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas tim nasional baik di level dunia, Asia, ataupun regional ASEAN.

Meskipun demikian, upaya serupa di China dan Qatar tampaknya belum mencapai hasil yang diharapkan di tingkat dunia.

Kendati begitu, godaan untuk mengadopsi strategi naturalisasi tetap mengemuka, karena dinilai sebagai solusi jangka pendek untuk meningkatkan daya saing tim nasional.

Acuan paling ideal dengan strategi kombinasi pemain lokal dan naturalisasi adalah Jepang. Ideal dalam arti pembinaan pemain lokal berkembang dijalankan secara benar, namun jika ada kekurangan, gap tersebut bisa diisi pemain naturalisasi.

Dengan program pembinaan yang baik, kita melihat tak henti-hentinya pemain lokal Jepang banyak bersinar di Eropa termasuk generasi seperti Shinji Kagawa (ex-Manchester United), Kaoru Mitoma (Brighton & Hove Albion), Takehiro Tomiyasu (Arsenal), hingga Takefusa Kubo (Real Sociedad).

Keunggulan para pemain Jepang saat ini adalah ketenangan, makin tajam di depan gawang, presisi umpan, sentuhan halus kaki terhadap bola, permainan kolektif tim serta keberanian duel satu lawan satu, meningkat pesat dibanding cara bermain mereka di era 1990-an yang masih gampang kehilangan bola terutama saat berhadapan satu lawan satu dan suka membuang peluang di depan gawang.

Tak heran dalam dua tahun terakhir Jerman pun sudah bisa dikalahkan Jepang di Piala Dunia 2022 maupun di laga ujicoba di kandang Jerman, beberapa bulan lalu.

Secara umum, butuh waktu 20-30 tahun bagi Jepang untuk mencapai level dunia dan stabil seperti itu.

Kualitas Thailand dan Vietnam terlihat berjalan sudah menuju level Asia, disusul Indonesia dan Malaysia, meskipun saat ini Vietnam terlihat agak menurun.

Tentunya masih panjang perjalanan menuju level dunia menyamai Jepang. Namun melihat progres yang baik dari timnas Indonesia, rasanya strategi kombinasi pemain lokal dan naturalisasi cukup layak dipertahankan dalam beberapa tahun kedepan sambil belajar mengikuti pola Jepang yang berhasil dalam mengembangkan pemain lokal-nya.

Selain faktor kombinasi pemain lokal dan naturalisasi, saat ini memang gaya pelatih Korea Shin Tae Yong yang cocok buat Indonesia.

Disiplin, ngotot, tidak rendah diri, dan teknik bermain bola yang dinamis dan ‘cantik’ adalah satu hal yang terlihat berbeda di era timnas sekarang.

Kalau membandingkan dengan gaya permainan Kirgizstan dan Oman yang bersaing dengan Indonesia memperebutkan satu tiket ke 16 besar, permainan mereka cenderung direct ball dan individualis.

Namun itupun umpan lambung mereka seperti tidak terencana, bingung saat melakukan umpan-umpan pendek, salah umpan sering terjadi, demikian juga banyak buang-buang peluang.

Beberapa kelebihan dari mereka adalah kengototan bermain dan skill individu yang bagus dari beberapa pemain. Sehingga wajar jika mereka gagal lolos dari babak grup.

Jadi di Piala Asia ini, selain timnas Indonesia bermain lebih baik dan sialnya berada di grup maut bersama Jepang dan Irak, timnas juga tertolong dengan buruknya gaya permainan Oman dan Kirgizstan. Intinya, kita layak plus ada sedikit hoki lolos ke fase gugur.

Perbaiki kelemahan turun menurun

Ini terkesan klise, tapi melihat gap permainan timnas Indonesia saat bertemu dengan Irak dan Jepang, persoalan kelemahan timnas masih berkutat di hal-hal yang sudah sering dikupas, terlepas dari perbaikan yang sudah dilakukan di sisi yang lain.

Pertama, yang utama terlihat adalah kurang adanya ketenangan bermain terutama saat mendapat pressing tinggi oleh tim yang jauh lebih kuat.

Akar masalahnya adalah mental pemain yang masih mudah grogi dan juga penguasaan teknik yang belum 100 persen, seperti kontrol bola yang kurang halus, umpan yang masih kurang akurat, dan masih minimnya kemampuan duel satu lawan satu.

Perbedaan kualitas ini nampak sekali membuat pemain timnas mudah kehilangan bola saat melawan Jepang.

Tidak mudah mengubah hal ini, karena harus dimulai dari pembinaan sepak bola yang benar di usia muda.

Sedangkan pembinaan pemain sepak bola di usia muda kita terbukti belum mampu menghasilkan gelombang pemain lokal yang berkualitas seperti Jepang dan Korea.

Salah satu kesulitan Pratama Arhan menembus persaingan di level klub Tokyo Verdy, kemungkinan juga disebabkan perbedaan mentalitas dan teknik tersebut, meskipun secara fisik Arhan terlihat menonjol dan mampu bermain sebagai bek sayap Indonesia. Kalau Arhan sejak kecil berlatih di Jepang, ceritanya akan berbeda.

Kelemahan kedua yang terekspos adalah para pemain Indonesia sering kalah duel fisik dan jatuh saat melawan pemain Irak.

Misalnya, gol ketiga Irak terjadi karena bek Rizky Ridho kalah dalam duel fisik satu lawan satu melawan penyerang Irak.

Dalam hal ini, program peningkatan kualitas makanan alias gizi dan program pembentukan fisik bagi atlet sesuai standar pemain sepakbola level Asia atau dunia menjadi tantangan nyata yang harus dijalankan jika ingin bersaing di pentas Piala Asia, apalagi Piala Dunia.

Makan mie dan gorengan, misalnya, seharusnya sudah tidak boleh dilakukan oleh para pesepakbola Indonesia.

Dua hal itu saja bukan suatu pekerjaan rumah yang mudah bagi PSSI dan klub sepak bola Indonesia, karena menyangkut mental dan perilaku turun menurun, tapi mau tidak mau harus segera dibenahi.

Mudah-mudahan saja hal ini terevaluasi dengan baik oleh PSSI beserta klub, sehingga langkah-langkah pembinaan pemain muda lebih terarah, selain program naturalisasi pemain berdarah Indonesia yang sudah berjalan sebagai quick fix jangka pendek.

Hari Minggu, 28 Januari, Timnas Indonesia akan melawan Australia di babak 16 besar. Kemungkinan kelemahan-kelemahan ini akan terekspos lagi.

Karena ini sifatnya darurat, jelas kepintaran pelatih Shin Tae Yong untuk membuat taktik kejutan dengan memaksimalkan potensi para pemain timnas akan menjadi faktor pembeda.

Harapan kita mirip-mirip kejutan Malaysia yang diprediksi akan diberondong gol oleh Korea Selatan di pertandingan terakhir grup, malah bisa menahan raksasa Asia itu seri 3-3. Semoga bisa!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timnas Indonesia Vs Irak: Kick Off Berubah, Permintaan dari Shin Tae-yong

Timnas Indonesia Vs Irak: Kick Off Berubah, Permintaan dari Shin Tae-yong

Timnas Indonesia
Kronologi Hari Terakhir Allegri di Juventus: Pimpin Latihan Pagi, Sore Dipecat

Kronologi Hari Terakhir Allegri di Juventus: Pimpin Latihan Pagi, Sore Dipecat

Liga Italia
Ketum PSSI soal Elkan Baggott: Tak Mau Menghakimi, Yakin Nasionalisme Masih Ada

Ketum PSSI soal Elkan Baggott: Tak Mau Menghakimi, Yakin Nasionalisme Masih Ada

Timnas Indonesia
Como Promosi ke Serie A, Fabregas Tepati Janji Bawa Skuad Liburan

Como Promosi ke Serie A, Fabregas Tepati Janji Bawa Skuad Liburan

Liga Italia
Jadwal Thailand Open 2024, Dua Wakil Indonesia Berburu Tiket Final

Jadwal Thailand Open 2024, Dua Wakil Indonesia Berburu Tiket Final

Badminton
Man City Vs West Ham: Guardiola Minta Man City Bermain Seperti Lawan Tottenham

Man City Vs West Ham: Guardiola Minta Man City Bermain Seperti Lawan Tottenham

Liga Inggris
Juventus Pecat Allegri, Angkat Paolo Montero Si 'Bodyguard' Zidane

Juventus Pecat Allegri, Angkat Paolo Montero Si "Bodyguard" Zidane

Liga Italia
Jadwal Siaran Langsung Persib Vs Bali United di Championship Series Liga 1

Jadwal Siaran Langsung Persib Vs Bali United di Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Al Nassr Vs Al Hilal: Ronaldo Assist, Mane Picu Penalti, Laga Seri

Al Nassr Vs Al Hilal: Ronaldo Assist, Mane Picu Penalti, Laga Seri

Internasional
Juventus Pecat Massimiliano Allegri, Dua Hari Usai Juara Coppa Italia

Juventus Pecat Massimiliano Allegri, Dua Hari Usai Juara Coppa Italia

Liga Italia
Hoffenheim Vs Bayern Muenchen, Laga Terakhir Tuchel dengan Die Roten

Hoffenheim Vs Bayern Muenchen, Laga Terakhir Tuchel dengan Die Roten

Bundesliga
Persib Vs Bali United, Wasit VAR Diharapkan Fair

Persib Vs Bali United, Wasit VAR Diharapkan Fair

Liga Indonesia
PSSI Ungkap Tanzania Lebih Responsif untuk Laga Uji Coba Timnas Indonesia

PSSI Ungkap Tanzania Lebih Responsif untuk Laga Uji Coba Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Thom Haye Hengkang, Urung Dilatih Robin van Persie di Heerenveen

Thom Haye Hengkang, Urung Dilatih Robin van Persie di Heerenveen

Liga Lain
Imbas Kritik Keuangan Barcelona, Xavi Hernandez Terancam Dipecat

Imbas Kritik Keuangan Barcelona, Xavi Hernandez Terancam Dipecat

Liga Spanyol
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com