Matchgazine fan PSIM dicetak di atas kertas lembaran A3 yang kemudian dilipat menjadi buklet kecil berukuran A5.
Selain tulisan, ada halaman khusus untuk karikatur yang juga dikirim oleh suporter PSIM. Gambar karikatur menjadi cara untuk menarik suporter yang mungkin kurang tertarik membaca.
Alhasil, saat dibentangkan, zine tersebut dapat berubah menjadi sebuah poster. Sehingga, selain menjadi koleksi literasi, juga bisa menjadi hiasan dinding.
“Bagaimana orang tidak baca tapi bisa dijadikan poster. Artinya secara set up desainnya kami bayangkan jadi satu ikon. Kalau tulisan kan hanya dibaca saja,” ujar Dimaz Maulana pria yang berprofesi sebagai pekerja seni itu.
“Banyak juga yang ditempel jadi poster lalu koleksi sampai edisi terakhir. Sesuatu itu yang kami “mainkan”. Kami bisa rilis lagi untuk menarik yang lain,” ucapnya lagi.
Kini, Matchgazine sudah memasuki edisi ketujuh. Zine disebarkan setiap jam 2 atau satu jam sebelum kick off pertandingan.
Zine milik fan PSIM dapat terbit secara periodik karena diproduksi secara swadaya, mulai dari naskah, gambar, tata letak, cetak, finishing, dan penyebarannya.
Baca juga: Rawan Kontroversi, Wasit Liga 2 Diminta Lebih Jeli
Dimaz Maulana bercerita, ide kreatif ini menarik banyak minat dari relasi yang akhirnya menjadi sponsor.
“Waktu itu kami kasih simpel aja lalu tawarkan bahwa Bawahskor mau bikin zine seperti ini. Terus saya kasih dummy (contoh), lalu mereka tanya 'kami bisa bantu apa?' Ya sudah iklan,” ucapnya.
“Karena waktu itu kami memikirkan cetak 400 eksemplar dengan cara bukan dari uang Bawahskor sendiri, makanya kami cari sponsor, bukan donatur, karena ada benefit, ada logo mereka,” kata Dimaz.
Seiring berjalannya waktu, kini Matchgazine sudah cukup dikenal khususnya di kalangan suporter PSIM Yogya. Bahkan, jumlah produksinya sudah dua kali lipat dari edisi pertama.
“Waktu itu spiritnya ingin cetak sebanyak-banyak tapi itu tidak efektif dan optimal. Kami banyak dapat masukan, waktu edisi ketiga sampai sekarang, kami bikin pick up point. Jadi benar-benar orang yang punya impresi, yang datang dan mengambil,” tutur Bernardi Iriawan selaku tim produksi.
“Nah, itu kita lihat di edisi ke-6 itu. Orang datang sendiri secara langsung berarti mereka sudah memulai rasa memiliki.”
“400 eksemplar sampai edisi kedua, sekarang sudah 800 dan animonya tinggi tapi tetap tidak kami sebarkan semuanya karena untuk arsip, untuk sponsor dan relasi,” katanya.
Baca juga: Babak 12 Besar Liga 2 2023-2024: PSIM Dikepung Tiga Tim Sumatera di Grup X
Dimaz Maulana dan Bernardi Irawan kini terus berinovasi mengembangkan Matchgazine. Mereka ingin menjadikan zine ini sebagai media perjuangan, sekaligus menjadi instrumen untuk membangkitkan kembali fanatisme terhadap PSIM.