Oleh karena itu, Azmy & Priyono (2022) mengungkapkan enam peran pemimpin dalam meningkatkan performa anggotanya: kejelasan fungsi kepemimpinan, ketepatan penempatan anggota berbasis kompetensi, konsistensi program pelatihan, efektivitas penerapan strategi organisasi, kejelasan arahan uraian tugas kepada anggota, dan sistem penghargaan yang adil berdasarkan kontribusi.
Enam hal ini penting, terutama ketika kita ingin membuat ekosistem olahraga yang memaksimalkan potensi dan bakat anak muda.
Kejelasan tugas dan peran akan membantu mempermudah koordinasi antarstakeholder yang berhubungan dengan pengembangan talenta dan olahraga.
Trait keempat, pemimpin dalam olahraga harus terdorong meraih tujuan tertentu atau purpose-driven.
Pada esensinya, menurut Cardona et al (2019), pemimpin yang purpose-driven dapat membantu orang lain menemukan tujuan mereka dan menghubungkan tujuan pribadi dan organisasi.
Dalam olahraga, tujuannya adalah menang dan berprestasi untuk kepentingan bangsa Indonesia. Mindset itulah yang pemimpin harus bangun pada semua aktor-aktor yang berkontribusi di bidang olahraga.
Pemimpin perlu menetapkan tujuan dan misi secara jelas dan objektif. Dan tidak semua pemimpin mampu mendefinisikan misinya dengan jelas.
Menurut survei dari OECD tahun 2022, hanya 25 persen organisasi yang punya misi dengan target jelas. Pemimpin olahraga di Indonesia perlu mendefinisikan target dan tujuan secara konkret.
Trait kelima berkaitan dengan emosi. Pemimpin perlu mengambil peran sebagai jangkar emosional bagi timnya.
Maksudnya adalah bahwa sebagai seorang pemimpin, kita perlu berperan sebagai support bagi anggota-anggota kita. Artinya pemimpin harus mempunyai kecerdasan emosi yang mumpuni.
Menurut survei dari Preply Desember 2022, sebanyak 73 persen orang lebih mengedepankan kecerdasan emosional dibandingkan kecerdasan intelektual.
Dua atribut yang berkaitan dengan kecerdasan emosional adalah empati dan kepedulian terhadap orang lain (35 persen) dan kemampuan mendengarkan (11 persen). Data ini semakin menegaskan pentingnya kecerdasan emosi bagi pemimpin.
Trait terakhir adalah konsisten. Kalau kita bicara olahraga, konsisten adalah faktor nomor satu bagi kesuksesan para talenta kita.
Dalam buku yang berjudul Ruthless Consistency: How Committed Leaders Execute Strategy, Implement Change, and Build Organizations That Win, apabila kita ingin menjadi konsisten, kita perlu melakukan tiga hal ini: Membangun fokus yang tepat, menciptakan lingkungan yang tepat, dan membangun tim yang tepat.
Jika bicara urgensi, tentu kepemimpinan olahraga sangat penting. Ada dua urgensi mengapa kita perlu menghadirkan banyak pemimpin olahraga: prestasi dan ekosistem.
Dari segi prestasi, meskipun olahraga Indonesia mengalami berbagai perkembangan yang menggembirakan, tetapi akhir-akhir ini prestasi olahraga kita menurun. Menurut saya, ini menciptakan urgensi bagi kepemimpinan olahraga.
Fenomena prestasi olahraga Indonesia yang menurun ini banyak dibahas di berbagai media. Kita bisa ambil contoh cabang olahraga bulutangkis.
Tren prestasi di cabang bulutangkis menurun. Di Asian Games 2022, tidak ada satupun perwakilan Indonesia yang melaju ke babak semifinal. Pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2023, Indonesia mendapatkan medali perak.
Apabila kita bicara secara keseluruhan, prestasi Indonesia pun menurun. SEA Games menjadi ajang yang menjadi saksi penurunan prestasi Indonesia.
Semenjak zaman reformasi, peraihan medali emas Indonesia tidak sebesar saat sebelum 1998. Pada 1977, proporsi penguasaan medali Indonesia termasuk tinggi, yakni 32,6 persen.
Tahun 1987 menjadi perolehan medali emas tertinggi bagi Indonesia, hampir 50 persen. Tahun 1987 menjadi tahun terakhir di mana Indonesia bisa meraih perolehan medali emas yang tinggi.
Proporsi medali emas di Indonesia sempat naik kembali pada 2011, di mana meraih 182 emas.
Sedangkan negara tetangga, Vietnam, justru mengalami pertumbuhan positif. Dari tahun 1989, grafik proporsi peraihan medali emas Vietnam trennya positif. Dari satu medali emas pada 1989 menjadi 18,5 pada 2023.
Sementara negara tetangga lainnya, Thailand, pada saat ini mendapati proporsi perolehan medali emas sebesar 17,3. Indonesia lebih kecil proporsinya, yakni sebesar 12,6.
Dari data ini kita bisa menyimpulkan bahwa performa olahraga Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk berkembang.
Fenomena ini menjadi salah satu alasan kuat pentingnya kepemimpinan olahraga di Indonesia. Indonesia adalah negara dengan segudang talenta yang hebat.
Namun, kita perlu untuk terus mengevaluasi dan meningkatkan kualitas atlet-atlet kita supaya bisa menjadi lebih baik lagi di kompetisi internasional berikutnya.
Urgensi yang kedua adalah pentingnya pembuatan ekosistem industri olahraga yang holistik, terutama dari segi bisnis dan pasarnya.