Hal yang paling menonjol dari pelatih Indra adalah kecerdasannya dalam mengeluarkan kemampuan terbaik dari setiap pemain muda yang dibesutnya, menanamkan mentalitas pemenang kepada pemain serta kemampuannya berinteraksi dan bekerja sama dengan pelatih asing level dunia sehingga kapasitasnya sebagai pelatih pun terdongkrak.
Bahkan jujur, kalau melihat penampilan timnas U-22 baik di semifinal SEA Games melawan Vietnam dan di final melawan Thailand yang berjalan imbang, sengit dan keras, cukup sulit membedakan apakah pelatih timnas U-22 Indonesia ini adalah coach STY atau coach Indra.
Ini adalah bentuk pujian karena dalam menangani timnas Indonesia, prestasi coach Indra lebih bagus di Asia Tenggara.
Namun dari coach STY juga wajib diberikan respek sepantasnya karena lebih berhasil di level Asia dan dunia bersama negaranya Korea Selatan, dan kini berusaha secara bertahap membangun kepercayaan diri dan karakter timnas Indonesia dengan lebih sering mengalahkan berbagai tim yang berperingkat FIFA jauh lebih tinggi dan berprestasi di level Asia.
Strategi sinergi antara pelatih lokal dan asing top yang telah berkembang dan cukup berhasil membentuk karakter timnas Indonesia ini sebaiknya tetap dipertahankan untuk membuat timnas Indonesia terbang tinggi di level Asia, serta kualitas pelatih lokal kita semakin meningkat.
Satu hal yang perlu dijadikan catatan adalah masih tingginya budaya kekerasan di lapangan sepakbola.
Bahkan saat menjuarai SEA Games 2023, terjadi adu jotos antara pemain dan staf timnas Indonesia dan Thailand. Memalukan, dan bisa berujung hukuman AFC ataupun FIFA.
Seharusnya pemain dan staf timnas sudah harus bisa membatasi bahwa bersikap keras itu boleh, tapi mereka juga harus mampu untuk tidak melakukan tindakan kekerasan fisik. Norma ini wajib ditanamkan ke timnas Indonesia.
Sesudah itu, dalam jangka pendek tentunya adalah timnas Indonesia harus bisa berprestasi di putaran final Piala Asia 2023 yang diselenggarakan di Qatar awal 2024, di mana Indonesia tergabung dalam grup maut bersama Jepang, Irak, dan Vietnam.
Target paling rasional dalam babak grup putaran final Piala Asia adalah menang melawan Vietnam, menahan imbang Irak dan Jepang dalam pertandingan yang heroik.
Penting untuk menyampaikan pesan kepada Asia tahun ini bahwa sepakbola Indonesia mulai bisa konsisten bersaing dengan tim-tim kuat Asia.
Secara perhitungan matematis, untuk lolos dari fase gugur pada putaran final tahun ini masih sulit, tapi jika berhasil maka ini adalah bonus besar. Juara Asia 4x Jepang dan Juara Asia 1x Irak tetaplah favorit utama untuk lolos dari fase grup.
Tantangan menarik lainnya dalam jangka panjang adalah bagaimana menciptakan gelombang bakat pesepakbola yang tiada henti, dan tidak hanya mampu bermain di liga dalam negeri, tapi mampu bermain di liga terbaik Asia seperti Jepang dan Korea Selatan ataupun liga Eropa secara berkelanjutan, dan mendongkrak prestasi timnas Indonesia.
Cara Jepang dengan football starts from home hingga memperbaiki liga profesionalnya, telah berhasil membuat pemain-pemain Jepang kini mencapai level tinggi di dunia secara konsisten.
Di Eropa, pemain-pemain Jepang seperti Hidetoshi Nakata, kemudian Keisuke Honda, Shinji Kagawa dan kini Kaoru Mitoma mampu bermain di klub-klub raksasa Eropa dan mempertahankan standar tinggi timnas sepakbola Jepang dengan konsisten tampil di Piala Dunia dalam 7 edisi terakhir.
Dengan beberapa waktu lalu, Ketum PSSI yang baru Erick Thohir bertekad mengikuti cara Jepang dalam membangun sepakbolanya, maka kita tentu berharap tekad itu bisa secara bertahap terwujud.
Namun sebelum tantangan ke depan di atas dihadapi, wajar jika saat ini kita nikmati & syukuri dulu emas sepakbola SEA Games 2023. Selamat Timnas Indonesia!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.