Regulasi Liga 1 tahun 2018 lebih jelas lagi menegaskan bahwa Klub Peserta bertanggungjawab terhadap tingkah laku pemain, official, personel, penonton, baik saat sebagai klub tuan rumah (pertandingan kandang) maupun sebagai klub tamu (pertandingan tandang).
Pemahaman bahwa klub dan pendukungnya adalah satu kesatuan dapat kita tengok praktiknya dalam peristiwa bernama tragedi Heysel.
Peristiwa yang terjadi saat pertandingan Liga Champions 29 Mei 1985, di Stadion Heysel Brussels, Belgia.
Suporter Liverpool saling ejek dengan pendukung Juventus. Pendukung Liverpool merangsek ke wilayah pendukung Juventus. Tidak ada perlawanan.
Namun tembok pembatas tidak kuasa menahan beban fans Liverpool yang terus merangsek. Tembok pun roboh.
Sebanyak 39 penonton tewas (32 orang adalah suporter Juventus) dan 600 orang lainnya luka-luka.
Buntut peristiwa itu adalah seluruh klub sepak bola Inggris dilarang bermain di kompetisi Eropa selama 5 tahun. Khusus untuk Liverpool larangan bermain selama 6 tahun.
Keputusan UEFA (Federasi Sepak Bola Eropa) jelas merugikan klub-klub Inggris jutaan dollar AS. Mereka tidak bisa bermain di kompetisi Eropa gara-gara suporter sesama negara.
Bagaimana dengan Indonesia? Pernahkah tercatat klub sepak bola yang dihukum dilarang bermain gara-gara suporternya menciderai atau bahkan menewaskan suporter klub lainnya?
Sepertinya tugas pertama Erick Thohir mereformasi sepak bola Indonesia di antaranya adalah memanusiakan suporter sepak bola dengan mengampanyekan pemahaman bahwa klub dan suporternya adalah satu kesatuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.