Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nando Sengkang
Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Tangisan Ronaldo

Kompas.com - 15/12/2022, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUASANA Al Thumama Stadium begitu menegangkan kala pertandingan Maroko Vs Portugal memasuki babak tambahan waktu. A Seleccao, julukan Portugal, mempunyai asa untuk menyamakan skor dengan serangan penuh ke gawang Maroko.

Sedangkan formasi parkir bus ala pemain Maroko adalah pilihan terbaik untuk mempertahankan skor kemenangan.

Para suporter The Atlas Lions (Maroko) dan Os Navegadores (Portugal) ikut menjadi pemain kedua belas, lewat nyanyian, siulan, dan pukulan ritme lagu-lagu penyemangat.

Ada ketegangan dalam raut wajah suporter Maroko, pelatih, dan pemain, serta ada asa dalam hati para Portugueses. Semua rasa kontras antara kedua kubu membuat Al Thumama Stadium menjadi “rumah penuh ketegangan”.

Suasana kedua kubu seketika berubah kala wasit Facundo Tello meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.

The Atlas Lions seketika memecah ketegangan menjadi histeria kemenangan. Mereka bersorak, berteriak, mengekspresikan segala ketegangan yang berkecamuk dalam setiap detik akhir laga.

Ekspresi haru bersama tetesan air mata menjadi pelengkap perayaan kemenangan, dengan lantun-lantun pujian dan “alhamdulillah.”

Sofiane Boufal (17), salah satu pemain Maroko, menjadikan rumput-rumput Al Thumama sebagai panggung untuk menari. Dengan tarian, Bofal melepas semua ketegangan, merayakan mukjizat, dan membebaskan hati ke alam kemenangan.

Boufal tidak sendirian, tetapi ia mengajak ibunya untuk menari. Mereka menari, berputar-putar dengan tangan saling berpegangan, lalu berpelukan mesra sebagai bahasa kasih.

Selebrasi Boufal bersama ibunya adalah salah satu contoh luapan kegembiraan para pemain dan suporter Maroko.

“Tarian Boufal” adalah tarian ekspresif perasaan mereka atas kemenangan bersejarah. “Tarian Boufal” adalah pesta sesungguhnya dengan iringan musik sorak-sorai penonton.

Akan tetapi, di balik bayang-bayang “Tarian Boufal” dan pesta para suporter Maroko, sang mega bintang dunia sepak bola, Cristiano Ronaldo (CR7) menari di atas panggung duka.

Ronaldo merayakan kesedihan, meratapi kekalahan, dan menyesali fakta terbalik penuh emosional.

Aliran air mata adalah ekspresi jujur dari perasaan Crybaby—julukan Ronaldo saat kecil. Ronaldo tidak sedang bersikap cengeng seperti mengingat sepak bola masa kecilnya, tetapi ia meratapi dirinya yang gagal mempersembahkan Piala Dunia, sebagai kado perpisahan untuk Portugal.

Reaksi penyerang Portugal Cristiano Ronaldo (kanan) setelah kekalahan 0-1 dari Maroko pada laga perempat final Piala Dunia 2022 yang digelar di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022) malam WIB.AFP/ODD ANDERSEN Reaksi penyerang Portugal Cristiano Ronaldo (kanan) setelah kekalahan 0-1 dari Maroko pada laga perempat final Piala Dunia 2022 yang digelar di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022) malam WIB.
Ronaldo berjalan tanpa kepala tegak. Ia tertunduk dan hanya bisa meratapi keadaan. Fernando Santos, pelatih A Seleccao, menepuk pundaknya, namun ia tak menoleh, apalagi memeluk.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com