Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andreas Lucky Lukwira
Penggiat @Naikumum dan Pengamat Bus

Penggiat @Naikumum dan Pengamat Bus

Benarkah Aremania Tidak Terima Kekalahan?

Kompas.com - 20/10/2022, 13:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam kejadian Kanjuruhan, faktor tersebut diduga turut ikut andil, meski sebenarnya faktor stadion cukup lemah jika disebut sebagai penyebab kematian banyak orang.

Toh pertandingan dengan dihadiri 40 ribu lebih penonton sering terjadi di Kanjuruhan dan tidak ada korban.

Faktor terakhir yakni situasi. Faktor ini terjadi secara spontan dan sulit untuk diperkirakan, termasuk oleh suporternya sendiri. Dalam faktor ini, kekecewaan dan sifat kerumunan menjadi pemicu terjadinya kerusuhan suporter.

Saya lebih sepakat faktor ketiga ini menjadi penyebab terjadinya tragedi Kanjuruhan. Adanya gas airmata apalagi ke tribun, tentunya tidak pernah diprediksi bahkan oleh suporter yang datang.

Jika hal itu sudah diprediksi, tentu tidak ada yang berani mengajak anak-istri, atau bahkan tidak akan ada suporter yang berani datang karena resikonya besar.

Dilihat dari sejarah kekalahan Arema di Malang, bahkan degradasinya Arema 2003, dan analisis penyebab kerusuhan suporter merujuk Santoso (1997) maka penyebab tragedi Kanjuruhan tidak bisa disimplifikasi hanya soal menang-kalah. Ada faktor-faktor lain yang perlu diungkap.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Sebut Keterangan Indosiar Beda dengan Dokumen Digital

Penyebab inilah yang harus diungkap oleh penyidik sehingga rasa keadilan untuk masyarakat terutama korban dan keluarganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com