Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Aremania Tidak Terima Kekalahan?

Salah satu yang disorot masyarakat terkait peristiwa itu adalah sikap Aremania yang dianggap tidak mau menerima kekalahan klubnya dari Persebaya, sehingga menyebabkan kericuhan. Aremania merupakan nama kelompok pendukung klup sepak bola Arema, Malang. 

Benarkah Aremania tidak bisa menerima kekalahan dalam pertandingan di Stadion Kanjuruhan itu sehingga melakukan kericuhan?

Mari kita lihat catatan pertandingan Arema FC musim ini. Total, Arema FC sudah menjalani 11 pertandingan dengan catatan empat kali menang, dua kali imbang, dan lima kali kalah.

Sebelum pertandingan melawan Persebaya pada 1 Oktober itu, Arema bahkan sudah dua kali kalah di stadion Kanjuruhan, yakni saat melawan Persija pada 28 Agustus 2022 dan melawan Persib pada 11 September 2022. Pada dua kekalahan itu tidak ada kerusuhan yang terjadi, semua berakhir damai.

Persib selama 12 tahun terakhir dianggap salah satu klub rival Arema. Secara mengejutkan bahkan terdapat suporter Persib yang ikut menonton di tribun 1 stadion Kanjuruhan. Pertandingan itu menjadi tonggak perdamaian suporter kedua klub yang selama 12 tahun ini terlibat perang dingin.

Pada musim ini, kekalahan di kandang bukan merupakan sesuatu yang baru untuk Aremania. Kekalahan bahkan tidak merusak upaya damai antara Aremania dan suporter Persib pada 11 September itu.

Mundur ke belakang, kekalahan Arema FC di Kanjuruhan, atau bahkan Gajayana (kandang Arema sebelum Kanjuruhan) merupakan hal yang biasa. Catatan penulis, Gajayana dan Kanjuruhan tidak pernah dirusak oleh Aremania, apapun hasilnya.

Pada 2003, Arema bahkan terdegradasi ke divisi satu (kasta kedua), dan kondisi itu tidak menyurutkan dukungan Aremania kepada tim Arema.

Stadion Gajayana tetap penuh pada Liga Pertamina (divisi satu) 2004. Arema melewati satu  musim di kasta kedua, sebelum kembali ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia dengan status juara Liga Pertamina 2004.

Dalam sepak bola modern, hampir tidak ada suporter yang tidak bisa menerima kekalahan timnya, dan hampir tidak ada tim yang tidak terkalahkan di kandang. Anggapan orang awam bahwa kerusuhan suporter hanya sesimpel tidak menerima kekalahan tentunya tidak tepat.

Faktor internal yakni fanatisme kedaerahan yang tinggi pada diri suporter dan kelompoknya yang didukung oleh situasi yang terjadi pada saat pertandingan, bisa mendorong terjadinya kerusuhan suporter dan dapat memicu sikap etnosentris di kalangan suporter.

Dalam kejadian di Kanjuruhan, hal ini mungkin terjadi jika ada suporter Persebaya. Namun, potensi itu sudah diantisipasi Panpel, Polres Malang, dan kedua kelompok suporter dengan tidak datangnya suporter Persebaya pada pertandingan itu.

Faktor eksternal yakni kondisi stadion dan fasilitasnya yang kurang memadai, ditambah sistem pengamanan stadion dan pertandingan yang kurang baik. Hal itu akan menjadi faktor eksternal pemicu terjadinya kerusuhan suporter.

Dalam kejadian Kanjuruhan, faktor tersebut diduga turut ikut andil, meski sebenarnya faktor stadion cukup lemah jika disebut sebagai penyebab kematian banyak orang.

Toh pertandingan dengan dihadiri 40 ribu lebih penonton sering terjadi di Kanjuruhan dan tidak ada korban.

Faktor terakhir yakni situasi. Faktor ini terjadi secara spontan dan sulit untuk diperkirakan, termasuk oleh suporternya sendiri. Dalam faktor ini, kekecewaan dan sifat kerumunan menjadi pemicu terjadinya kerusuhan suporter.

Saya lebih sepakat faktor ketiga ini menjadi penyebab terjadinya tragedi Kanjuruhan. Adanya gas airmata apalagi ke tribun, tentunya tidak pernah diprediksi bahkan oleh suporter yang datang.

Jika hal itu sudah diprediksi, tentu tidak ada yang berani mengajak anak-istri, atau bahkan tidak akan ada suporter yang berani datang karena resikonya besar.

Dilihat dari sejarah kekalahan Arema di Malang, bahkan degradasinya Arema 2003, dan analisis penyebab kerusuhan suporter merujuk Santoso (1997) maka penyebab tragedi Kanjuruhan tidak bisa disimplifikasi hanya soal menang-kalah. Ada faktor-faktor lain yang perlu diungkap.

Penyebab inilah yang harus diungkap oleh penyidik sehingga rasa keadilan untuk masyarakat terutama korban dan keluarganya.

https://bola.kompas.com/read/2022/10/20/13090438/benarkah-aremania-tidak-terima-kekalahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke