MALANG, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, turut melakukan investigasi tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi pada (1/10/2022) malam dan menyebabkan 132 korban meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka berat maupun ringan.
Ia berkunjung ke Stadion Kanjuruhan bersama rombongan anggota Komisi III DPR lainnya, Kamis (13/10/2022) siang.
Dalam kunjungan tersebut, mantan anggota PSSI tersebut memberikan sorotan kepada tragedi Kanjuruhan .
“Kedatangan kami pada hari ini ingin mencari kebenaran atas fakta. Kami ingin fakta yang sebenarnya seperti apa, kemudian bagaimana peletakan kewajiban hukum para stakeholder pihak-pihak terkait yang dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya,” ujar Arteria Dahlan.
Baca juga: TGIPF Simpulkan 5 Kesalahan PT LIB dalam Tragedi Kanjuruhan
Ia menyoroti hal yang paling mendasar, yakni mengenai masalah SOP dan pengambilan kebijakan saat pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu (1/10/2022) malam antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Semua kebijakan yang diambil para stakeholder disebutnya harus dicermati kembali.
“Sehingga kita bisa lihat di mana ada kesalahan, di mana ada kekhilafan, di mana ada kekeliruan dan di mana ada penyimpangan,” ucapnya.
Arteria Dahlan juga ingin mengurai kembali SOP yang digunakan pihak keamanan saat insiden terjadi. Karena ia melihat ada kesalahan pengambilan tindakan yang berujung pada hilangnya nyawa manusia.
“Tidak boleh ada satu nyawa pun halal atas nama sepak bola. Ini bukan atas nama sepak bola. Tapi ini jelas atas nama kesalahan pengendalian massa,” katanya lagu.
Pemilihan jam malam untuk pertandingan berisiko tinggi seperti derbi Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya juga tak luput menjadi sorotannya.
Baca juga: Kesimpulan TGIPF: Aparat Keamanan Tembakkan Gas Air Mata secara Membabi Buta
Sebelumnya, pihak Arema FC mengajukan perubahan jadwal tayang atas rekomendasi dari otoritas keamanan. Namun, permohonan tersebut ditolak oleh pihak PT LIB selaku operator kompetisi, dengan dalih jadwal tidak bisa diubah sewaktu-waktu.
Sebagai mantan anggota PSSI yang paham dengan dinamika kompetisi Indonesia, Arteria Dahlan melihat banyak kemungkinan di balik layar.
Ia menyebut potensi eksploitasi pertandingan berlebihan, sampai menyebut ada indikasi campur tangan perjudian dalam penentuan jadwal. Indikasi-indikasi di balik layar tersebut diharapkannya bisa diusut tuntas.
“Saya ini mantan PSSI dari 2005. Jadi, tahu betul keadaan main sepak bola,” ucap politikus berkacamata disebut.
“Main siang sama malam itu beda. Main malam itu jelas pertama penonton pasti lebih banyak. Main malam hak siar TV-nya pasti lebih mahal, main malam indikasi judinya ada.”
“Ini juga perlu dicermati, Masak sih seluruh full Aremania, stadion full kemudian kok bisa kalah 2-3 Itu,” ucapnya lagi.
Meskipun demikian, ia menegaskan tidak terang-terangan menuduh adanya perjudian. Namun, semua indikasi dan kemungkinan-kemungkinan terburuk harus ikut dicermati.
“Saya bukan katakan ini ada perjudian, tapi indikasi ini juga harus kita lihat. kalau ada judi, main dibuat seri aja sudah untung itu bandar. Jadi, ini harus digali sedalam-dalamnya,” katanya menegaskan.
Masalah penjualan tiket pertandingan di luar kapasitas juga dimitanya harus diusut kembali. Ia mengatakan lumrahnya penjualan tiket hanya 80 persen dari kapasitas stadion.
Rekomendasi jumlah penjualan tiket juga harus melalui verifikasi pihak PSSI.
Dari hasil investigasi TGIPF, ditemukan adanya penjualan tiket yang melebihi jumlah kuota stadion.
Karena itu, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa penjualan tiket melebihi kapasitas ideal stadion ini bisa terjadi. Padahal, itu semua harus lewat verifikasi PSSI.
“Kami ini mantan PSSI, idealnya 80 persen tiket kapasitas stadion. Itupun melalui verifikasi terlebih dahulu,” tutur Arteria Dahlan, politikus yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Baca juga: TGIPF soal Desakan Ketum PSSI Mundur: Sudah Sepatutnya...
“Kami akan melihat verifikasi yang dilakukan oleh PSSI seperti apa? Apakah sudah ada kalau namanya list keamanan dan keselamatan? Itu ada 160 list.”
“Tidak mungkin semua stadion terpenuhi kecuali beberapa stadion ideal seperti Gelora Bung Tomo. Tapi untuk ini upaya-upaya mitigasinya seperti apa? Upaya antisipasi seperti apa? ini juga coba ingin kita cermati,” ucapnya mengakhiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.