Terkait kondisinya sekarang, Nur Saguwanto mengaku masih trauma, sesekali sesak, dan kesulitan melihat dengan normal.
"Katanya jantung saya sudah baik. Jadi, saya disuruh pulang (pada 2 Oktober 2022 atau satu hari setelah Tragedi Kanjuruhan)," kata Nur.
"Saya tidak tahu soal bantuan-bantuan. Belum ada (yang datang). Saya juga masih trauma. Kadang-kadang masih teringat (Tragedi Kanjuruhan)," kata Nur Saguwanto.
"Yang saya rasakan bagian kaki ini masih sakit. Dada juga. Sesekali jika dibuat bernafas agak sesak dan sakit," tutur Nur Saguwanto.
"Belum bisa kalau melihat seperti ke arah sinar matahari. Masih silau begitu," ucap Nur Saguwanto menambahkan.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Urgensi Stadion Berstandar FIFA di Indonesia
Dikutip dari Tribun News, Nur Saguwanto tinggal bersama keluarganya di rumah yang sangat sederhana di pemukiman pedesaan.
Nur sendiri merupakan putra dari seorang ayah yang bekerja sebagai buruh tani.
Keluarga Nur bahkan disebut terpaksa berhutang sampai Rp750 ribu untuk membayar infus perawatan.
Fakta itu tentu memprihatinkan karena pemerintah sudah berjanji akan membayar seluruh biaya perawatan korban Tragedi Kanjuruhan.
Terkait Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Listyo Sigit sudah menetapkan enam orang tersangka salah satunya adalah Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita.
Listyo Sigit menyatakan jumlah tersangka Tragedi Kanjuruhan bisa bertambah karena penyelidikan masih berlanjut.
Berita ini sudah tayang di Surya Malang Tribune News dengan judul: Kondisi Pilu Aremania Kepanjen Korban Tragedi Kanjuruhan, Harus Berhutang Demi Bisa Bayar Infus | Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Dyan Rekohadi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.