"Pandemi telah menunjukkan bahwa visi strategis dan pendekatan komersial yang berkelanjutan diperlukan untuk kepentingan seluruh piramida sepak bola Eropa," demikian pernyataan para klub pendiri European Super League.
Selain itu, para klub pendiri juga menyebut bahwa European Super League dibuat untuk meningkatkan kualitas dan intensitas kompetisi Eropa hingga berdampak baik bagi klub dan pemain.
Baca juga: 5 Hal Penting dan Menarik Seputar European Super League
Terkait format European Super League, sejumlah media Eropa sudah memberitakan gambaran terkait keberlangsungan kompetisi antarklub elite di Benua Eropa tersebut.
Melansir Sky Sports, European Super League akan diikuti oleh 20 tim peserta dengan rincian 15 tim pendiri dan lima tim lain yang bergantung dari hasil kualifikasi tahunan.
Artinya, 15 tim pendiri dipastikan terbebas dari degradasi, sedangkan lima tim lainnya akan berganti setiap musim, bergantung pada pencapaian pada musim sebelumnya.
Sebanyak 20 tim itu kemudian akan dibagi ke dalam dua grup untuk memainkan pertandingan kandang-tandang.
Baca juga: Rencana Bartomeu untuk Liga Super Eropa Ditebas oleh Presiden LaLiga
Selanjutnya, tiga tim teratas dari masing-masing grup bakal lolos secara otomatis ke perempat final.
Adapun dua slot perempat final yang tersisa akan diperebutkan oleh penghuni peringkat keempat dan kelima dari masing-masing grup dengan memainkan dua leg play-off.
Mulai perempat final, pertandingan European Super League tetap menggunakan format kandang-tandang hingga tersisa dua tim finalis.
Di partai puncak atau final, dua tim tersisa akan meminkan pertandingan tunggal (bukan kandang-tandang) di tempat netral.
Keseluruhan jadwal European Super League bakal dimainkan setiap tengah pekan, seperti Liga Champions, dengan seluruh peserta tetap bermain di liga domestik masing-masing.
Baca juga: 3 Tantangan Zidane, Bisakah Real Madrid Sapu Bersih Liga Champions dan Liga Spanyol?
Lalu, terkait keuntungan finansial dari European Super League, Sky Sports menulis setiap tim akan mendapatkan 3,5 miliar euro (setara Rp 60,9 triliun) hanya dari partisipasi.
Para klub pendiri mengklaim kentungan finansial itu akan digunakan semata-mata untuk mendukung rencana investasi infrastruktur dan mengimbangi dampak pandemi Covid-19.
Soal pembiayaan European Super League secara umum, salah satu bank Amerika Serikat, JP Morgan, disebut siap mengucurkan dana sebesar 5 miliar dollar AS (setara Rp 72,9 triliun) guna keberlangsungan kompetisi.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, European Super League dijadwalkan berlangsung mulai musim 2023-2024 jika sesuai dengan rencana.
Baca juga: FIFA akan Uji Coba Proposal Arsene Wenger soal Aturan Offside Baru