KOMPAS.com - Jenazah legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, sudah diotopsi untuk mengetahui penyebab kematian.
Dikutip dari situs Marca, sampel urine, darah, rambut, hingga jantung Maradona sudah diambil dan diperiksa.
Hasilnya, berat jantung Maradona ditemukan tidak normal, yakni 500 gram. Angka itu lebih besar dua kali lipat dari berat jantung manusia pada umumnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, jantung Maradona disebut mengalami "Dilatasi Kardiomiopati" atau kondisi saat salah satu ruang pompa jantung membengkak.
Namun, berat yang janggal membuat jantung Maradona akan dianalisis lebih lanjut di berbagai laboratorium di Argentina untuk mengetahui pendapat ahli.
Baca juga: Ada Investigasi Dugaan Pembunuhan, Jasad Maradona Dilarang Dikremasi
Dikutip dari situs LA Nacion, jantung Maradona nantinya akan dianalisis menggunakan dua "pisau" studi, yakni toksikologi dan histapologi.
Studi toksikolgi berguna untuk mencari tahu apakah Maradona memiliki jejak mengonsumsi alkohol, obat-obatan, atau zat lain beberapa jam sebelum meninggal dunia.
Adapun studi histapologi akan menganalisis jantung Maradona pada tingkat mikro (kecil) untuk mengetahui penyakit yang mengganggu fungsi organ atau jaringan.
Hasil otopsi jasad Maradona saat ini sangat dibutuhkan Kejaksaan San Isidro, Buenos Aires, yang sedang melakukan investigasi.
Kejaksaan San Isidro melakukan investigasi karena ada dugaan kematian Diego Maradona disebabkan oleh kelalaian medis dalam artian pembunuhan tidak disengaja.
Pada Rabu (25/11/2020), Maradona disebut meninggal dunia akibat edema paru akut (gejala sulit bernapas) hingga gagal jantung.
Baca juga: Tolak Beri Penghormatan untuk Maradona, Pesepak Bola Ini Dapat Ancaman Pembunuhan
Namun, Kejaksaan San Isidro memutuskan membuka investigasi sejak Sabtu (28/11/2020) karena ditemukan kejanggalan dalam prosedur rawat jalan Diego Maradona.
Dikutip dari situs BBC, beberapa kejanggalan dari prosedur rawat jalan Diego Maradona adalah tidak adanya perawat, dokter, hingga ambulans dengan kelengkapan defibrillator (stimulator detak jantung), yang siap siaga selama 24 jam.
Adapun keterangan suster Dahiana Gisela yang bertugas pada hari kematian Maradona juga turut mendukung kejanggalan tersebut.
Dahiana Gisela pekan lalu membuat pernyataan mengejutkan saat mengaku memalsukan laporan harian kesehatan Maradona karena dipaksa oleh perusahaan tempat dirinya bekerja.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.