Kekuatan imajinasi, menurut hemat Budiman, membuat manusia lebih unggul dari mesin dan kecerdasan buatan.
“Mesin bisa akurat, tepat dan cerdas. Tapi untuk sementara saya belum melihat mesin bisa berimajinasi,” ungkapnya pada forum yang diikuti para mahasiswa Indonesia yang kuliah di kampus-kampus global bergengsi seperti University of California-Berkeley, Stanford University, dan Princeton University, serta sejumlah universitas kenamaan di Indonesia seperti UI, ITB, UGM, dan lainnya.
Kedua, kalangan generasi milenial secara aktif mentransfer imajinasinya dalam ilmu pengetahuan, termasuk ke dalam algoritma dan aplikasi digital.
Poin utama yang diharapkan Budiman bukan sebatas pada upaya kaum kreatif menemukan solusi atas problem masyarakat pada era kekinian, namun juga mengimajinasikan solusi atas persoalan-persoalan yang potensial muncul di masa depan.
"Yang ketiga adalah berkolaborasi," katanya.
Budiman mengajak kalangan muda membuat jejaring sosial, bergotong royong, dan mengembangkan solidaritas.
"Lakukan ketiganya (berimajinasi, berpengetahuan, berkolaborasi). Anda akan jadi pemenang,” tutur Budiman.
Menurut Budiman, kiprah anak muda Indonesia dalam memanfaatkan peluang Industri 4.0 membutuhkan ekosistem yang memadai.
Itu sebabnya, dia mengusulkan dikembangkannya Silicon Village.
Sebagaimana diketahui, Silicon Village adalah semacam pusat pengembangan teknologi dan inovasi digital di Amerika Serikat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.