KOMPAS.com - Klub Liga Inggris yang dimiliki orang Indonesia, Tranmere Rovers, memanfaatkan jeda kompetisi akibat virus corona untuk memperbaiki lapangan stadion mereka, Prenton Park.
Tranmere Rovers merupakan klub yang bermain di League One alias divisi ketiga Liga Inggris di bawah Premier League dan Championship Division.
Nama Tranmere Rovers lekat dengan Indonesia karena sebagian kepemilikannya dipegang oleh Grup Santini dari Tanah Air.
Grup Santini dimiliki oleh tiga bersaudara asal Indonesia: Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi.
Baca juga: PON 2020 Resmi Ditunda Hingga Oktober Tahun Depan
Ketiganya adalah anak dari pengusaha nasional Sofjan Wanandi.
Saat ini semua kompetisi Liga Inggris, termasuk League One, sedang menghentikan pertandingan karena pandemi virus corona yang melanda Negeri Ratu Elizabeth.
Memanfaatkan periode lockdown di Inggris, Tranmere Rovers mengganti permukaan lapangan Stadion Prenton Park.
Tranmere Rovers bakal menunjuk John Mallinson sebagai kontraktor dalam pengerjaan lapangan Prenton Park.
Baca juga: Iwan Bule Jawab Isu Calon Sekjen PSSI Diisi Terpidana Korupsi
John Mallison memang dikenal sebagai kontraktor yang pernah mengerjakan lapangan di beberapa klub besar Liga Inggris seperti Wembley, Anfield, dan Old Trafford.
"Proyek ini adalah kombinasi kerja keras dari banyak orang dan yang terpenting pendanaan dari Grup Santini, partner kami dari Indonesia," kata Palios seperti dikutip Bolasport dari website resmi klub.
"Kami memutuskan memakai John Mallinson, salah satu kontraktor top di Inggris,"
"Dia dan timnya juga mengerjakan Wembley dan lapangan-lapangan top lainnnya milik Manchester United, Manchester City, Everton, dan banyak klub Premier League yang lain."
Baca juga: Red Bull Indonesia Merespons Kehadiran RB Depok FC di Indonesia
Menurut presiden klub, Mark Palios, Tranmere Rovers sekaligus mengganti saluran air di bawah tanah dan memasang rumput hibrida di atas lapangan.
Stadion Prenton Park juga akan menerapkan sistem Desso Grassmaster.
Sebagai informasi, Desso Grassmaster adalah teknologi hibrida yang menggabungkan rumput alami dengan fiber buatan.
Serat fiber bakal ditanam sedalam 20 sentimeter ke dasar rumput. Ketika rumput alami tumbuh, akarnya akan terjalin dengan serat fiber.
Metode tersebut punya nilai lebih dalam menghasilkan kualitas lapangan lebih padat dan drainase yang lebih baik. (Dwi Widijatmiko)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.