"Kami tak bisa menerima hal ini."
Sementara, jubir Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan bahwa Mesut Oezil menjadi korban hoaks.
"Saya tak tahu apakah tuan Oezil pernah ke Xinjiang langsung. Akan tetapi, ia telah ditipu oleh fake news dan pernyataan palsu yang memengaruhi penilaiannya," tutur Shuang.
Insiden dengan Mesut Oezil bukan kali pertama pemerintah China bertindak tegas terhadap pelaku olahraga yang dianggap melanggar batasan mereka mengenai kebebasan berpendapat.
Sebelum ini, General Manager Houston Rockets, Darren Morley, juga pernah membuat pemerintah China murka karena cuitannya yang mendukung demonstran pro demokrasi di Hong Kong.
Baca juga: Man United Vs Everton, Wan-Bissaka Sang Monster di Lini Belakang
Justru, tindakan Arsenal yang masuk dalam sorotan beberapa pengamat.
"Reaksi pemerintah China terduga, tetapi reaksi Arsenal yang secara efektif melempar Oezil ke bawah bus dan lepas tangan mengejutkan saya. Realitanya, ini bukan isu politis tetapi isu hak asasi manusia. PBB telah mengungkapkan data-data soal ini," tutur Anton Touloui, pandit Sky Sports, di podcast Totally Football Show.
"Ini hak Mesut untuk berkomentar. Memalukan bagi Arsenal untuk memprioritaskan kepentingan finansial mereka ketimbang rasa kemanusiaan," lanjutnya.
Sementara, Daniel Storey dari ESPN juga mengungkapkan perlakuan sama yang dirasakan oleh para suporter Houston Rockets setelah insiden dengan GM mereka itu.
"Siaran langsung pertandingan berpaling apabila kamera menangkap fans yang membawa spanduk anti kekerasan di Hong Kong. NBA masih ingin laga mereka disiarkan di China. Hal ini sangat disayangkan, seseorang hanya mengutarakan pendapatnya soal isu kemanusiaan," tuturnya di acara sama.
Baca Juga: Petinju Favorit Evan Holyfield Ternyata Bukan Bapaknya!
Kontroversi Houston Rockets bermula pada awal Oktober 2019 saat NBA, termasuk Houston Rockets, tengah berada di China untuk tur pramusim.
Daryl Morey mengunggah foto dengan kata-kata "Berjuang untuk Kebebasan, Berdiri bersama Hong Kong".
Morey memberikan suaranya terkait demonstrasi pro demokrasi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di negara pulau yang jadi teritori khusus China tersebut.
"Saya hanya menyuarakan satu pendapat, interpretasi kejadian satu orang, dari masalah yang rumit. Saya selalu menghargai dukungan siginifikan para fans dan sponsor kami dari China," jelas Morey setelah menghapus cuitannya.
Cuitan tersebut langsung memicu reaksi negatif dari para petinggi di pemerintahan China dan juga perusahaan-perusahaan mereka.