Kisah Klub yang Paling Dibenci di Liga Jerman...

Kompas.com - 26/02/2019, 07:58 WIB
Jalu Wisnu Wirajati

Penulis

Laporan langsung Jalu W. Wirajati dari Leipzig, Jerman. 

KOMPAS.com - Nama RB Leipzig menjadi santer diperbincangkan sejak meraih tiket promosi ke Bundesliga 1 - kasta teratas Liga Jerman - pada musim 2016-2017. Ada nada minor terkait keberhasilan itu sehingga menjadikan mereka sebagai klub yang paling dibenci. 

Adalah Dietrich Mateschitz yang menjadi awal dari munculnya RB Leipzig. Pemilik minuman energi Red Bull asal Austria itu ingin mengembangkan divisi olahraganya dengan membentuk klub di Liga Jerman dan menyiapkan bujet 50 juta euro. 

Niatan Dieter Mateschitz itu mendapat dukungan dari koleganya, Franz Beckenbauer, yang tak lain adalah legenda sepak bola Jerman. Akan tetapi, keinginan itu sempat terhadang aturan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB). 

Baca juga: Liputan Bundesliga, Bintang Bayern Tak Lupa Jasa Pelatih Malaysia

Red Bull ingin membeli klub kasta keempat Liga Jerman, FC Sachsen Leipzig, lalu mengubah nama dan warna kebesarannya. Hal ini ditolak DFB karena khawatir klub baru tersebut akan terlalu dominan "warna" perusahaan sang penyokong dana. 

Selain itu, di Jerman, ada aturan bahwa klub harus dimiliki oleh anggota. Aturan 50+1 kepemilikan klub adalah anggota itu dinilai sulit dipenuhi oleh Mateschitz. 

Setelah sempat maju-mundur terutama terkait dengan aturan DFB dan pencarian klub yang didanai, akhirnya Mateschitz dan Red Bull kembali melirik Leipzig. Dipilihlah klub bernama Markranstaedt untuk diambil alih pada 2009. 

Markranstaedt saat itu berada di kasta kelima. Aturan kepemilikan 50+1 tak berlaku untuk tim di luar empat kasta teratas Bundesliga sehingga Mateschitz bisa leluasa untuk menggelontorkan dana besar.

Nama klub pun berubah menjadi RB Leipzig yang merupakan kepanjangan dari RassenBallsport Leipzig alias klub sepak bola lapangan rumput di Leipzig. Die Roten Bullen menjadi klub kelima di bawah bendera Red Bull. 

Logo Red Bull terlihat jelas di pusat pelatihan RB Leipzig. Foto diambil saat Kompas.com melakukan Bundesliga Media Visit, 24 Februari 2019. KOMPAS.com/JALU W WIRAJATI Logo Red Bull terlihat jelas di pusat pelatihan RB Leipzig. Foto diambil saat Kompas.com melakukan Bundesliga Media Visit, 24 Februari 2019.

Sebelumnya, Mateschitz sudah memiliki Red Bull Salzburg di Austria, New York Red Bulls di Amerika Serikat, serta Red Bull Brasil dan Red Bull Ghana. Leipzig tak memakai Red Bull karena memang tak boleh ada nama perusahaan sebagai embel-embel klub. 

Pada tahun pertama dibentuk, Die Rotten Bullen langsung promosi Regionalliga alias kasta ke-4 Liga Jerman. Perombakan terjadi di susunan direksi demi memenuhi aturan 50+1 soal kepemilikan klub. 

Perubahan ini dianggap akal-akalan oleh klub lain karena jumlah anggota yang cuma 17. Bandingkan dengan Bayern Muenchen dengan 234 juta member, terbanyak di antara klub dengan sistem keanggotaan. 

Hal inilah yang memicu kebencian dari para petinggi maupun suporter klub lain. Wajar apabila banyak perlakuan negatif diterima mereka ketika bertanding. 

Baca juga: 3 Legenda Yakin Bayern Sisihkan Liverpool di 16 Besar Liga Champions

Ada sejumlah suporter tandang menolak hadir ke markas Leipzig karena kebencian itu. Bahkan, suporter Dynamo Dresden, klub tersukses dari negara eks Jerman Timur, sempat melempar potongan kepala banteng ke lapangan saat menjamu Leipzig, Agustus 2016. 

Selain itu, ketidaksukaan mereka tak lepas dari prestasi meroket RB Leipzig sejak 2012-2013 atau ketika Ralf Rangnick masuk sebagai direktur klub. 

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Liga Inggris
Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Timnas Indonesia
Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Sports
VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Timnas Indonesia
Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Timnas Indonesia
Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Timnas Indonesia
Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Timnas Indonesia
Persib Tatap Championship Series, Motivasi 'Tolak Kalah' dari Bobotoh

Persib Tatap Championship Series, Motivasi "Tolak Kalah" dari Bobotoh

Liga Indonesia
Jadwal Liga Inggris: Man United Vs Arsenal Akhir Pekan Ini

Jadwal Liga Inggris: Man United Vs Arsenal Akhir Pekan Ini

Liga Inggris
Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com