Selain soal kebijakan perekrutan pemain yang tak boleh lebih dari usia 24 tahun, Leipzig juga membangun akademi sendiri. Mereka pertama kali membebaskan lahan kota enam hektar pada 2011 untuk membangun lapangan latihan.
Setelah itu, dana 35 juta euro (Rp 557 miliar dengan kurs saat ini) dikucurkan Red Bull untuk membangun akademi yang diresmikan pada 2014 dan berada tak jauh dari Red Bull Arena. Pusat pelatihan itu pun sangat modern.
Salah satu alat modern yang digunakan di tempat tersebut adalah Ruangan 360 derajat. Di tempat tersebut, seorang pemain akan melatih refleks dan kecepatan dalam pengambilan keputusan dengan memberi umpan kepada pemain lain.
"Kami menjadi klub pertama dan saat ini satu-satunya di Jerman yang memakai teknologi ini," kata Carolin Dietrich, kepala seksi internasional klub.
"Bagaimanapun, pengambilan keputusan adalah hal paling mendasar dalam sepak bola. Dengan alat ini, pemain dituntut memiliki pandangan seluas 360 derajat untuk bisa membaca permainan dan ke mana bola akan dialirkan," tuturnya.
Hanya, ketika Kompas.com ikut dalam tur ke pusat pelatihan tersebut, tak diperkenankan untuk melakukan pengambilan foto. Menurut Carolin, hal itu untuk menjaga kerahasiaan klub dan menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Renovasi stadion bersejarah
Prestasi meroket itu juga mengundang suporter hadir, khususnya warga kota, untuk menyaksikan RB Leipzig bertanding. Stadion layak pun diperlukan untuk bisa menampung antusiasme warga.
Pada awalnya, Stadion am Bad milik Markranstaedt dengan kapasitas 5.000 kursi dipakai pada musim pertama RB Leipzig. Padahal, di kota tersebut ada Zentralstadion, salah satu tuan rumah Piala Dunia 2006.
Baca juga: Mengenal Direktur Teknik di Klub Sepak Bola...
Zentralstadion dibangun pada 1956 oleh Pemerintah Jerman Timur dengan kapasitas 100.000 penonton. Jelang Piala Dunia 2006, stadion itu dipugar dan kapasitasnya tereduksi menjadi 43.000 kursi.
Red Bull lantas membeli hak penamaan stadion tersebut untuk 10 tahun pada 2010. Nama Zentralstadion pun berubah menjadi Red Bull Arena dan menjadi kandang bagi Die Rotten Bullen sejak saat itu.
Red Bull Arena menjadi saksi kebangkitan sepak bola Leipzig dan RB Leipzig. Berangsur-angsur, rasa benci dari masyakat Jerman terhadap klub tersebut terkikis.
Berdasarkan hasil survei LSC Management kepada 5.950 fan Liga Jerman yang dirilis pada Maret 2017, sebanyak 75 persen responden mengatakan bahwa RB Leipzig telah memberikan warna baru pada Bundesliga.
Selain itu, 94,5 persen atau nyaris seluruh responden menilai Die Rotten Bullen telah melakukan inisiatif positif dalam membangun klub.
Melihat kedigdayaan Bayern Muenchen dalam beberapa dekade terakhir, bukan tak mungkin RB Leipzig akan mengubah paradigma orang dari benci menjadi cinta...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.