Sejak Rangnick masuk, Leipzig naik promosi dua kali dalam dua tahun hingga masuk ke kasta kedua Liga Jerman, Bundesliga 2. Pada musim kedua di Bundesliga 2, mereka sukses finis kedua musim 2015-2016 sehingga berhak lolos otomatis ke Bundesliga 1.
Warga tak peduli
Kebencian itu memang datang dari supoter dan petinggi klub lain yang menilai RB Leipzig telah merusak nilai-nilai tradisional klub Jerman. Akan tetapi, tidak halnya dengan masyarakat Kota Leipzig.
Warga di kota eks negara Jerman Timur itu justru senang dengan kehadiran Die Rotten Bullen. Maklum saja, meski punya stadion yang dipakai di Piala Dunia 2006, Leipzig tak punya klub di kasta atas Liga Jerman.
Putusan Mateschitz memilih Leipzig tepat. Tak ada klub lain di wilayah timur Jerman itu yang tampil di kasta teratas sejak Energi Cottbus dan Hansa Rostock terdegradasi pada 12 tahun lalu.
Apalagi, warga Leipzig juga tak punya kebanggaan karena sejak 1998 tak ada lagi klub sepak bola dari kota tersebut yang bermain di liga profesional. Kehadiran RB Leipzig menjadi pelepas dahaga mereka selama lebih dari satu dekade.
"Mereka yang benci Leipzig mengatakan bahwa klub ini besar karena disokong oleh pengusaha dengan dana besar," kata Daniel, bartender di Kildare City Pub, tempat peserta Bundesliga Media Visit makan malam, Minggu (24/2/2019).
Daniel menilai bahwa ada "standar ganda" dalam sepak bola Jerman terkait dengan RB Leipzig yang disponsori oleh satu produk karena sejumlah tim lain pun demikian.
"Dalam sepak bola modern, mana ada klub besar tanpa punya banyak uang dan disokong perusahaan besar? Lihat saja Bayern Muenchen, atau Bayer Leverkusen yang didirikan oleh pabrik farmasi," tuturnya melanjutkan.
Baca juga: Soal Jumlah Penonton, Liga Jerman Unggul atas Liga Inggris
Hal senada dikatakan Jakob Junghoefer. Karyawan bagian tur stadion di Red Bull Arena itu menerangkan bahwa sikap iri klub lain tak lepas dari prestasi meroket timnya.
"Kami baru 10 tahun lalu bisa naik begitu cepat dan mengganggu persaingan klub-klub tradisional yang mungkin sudah hampir satu abad berkompetisi," ucap Jakob saat menemani tur stadion, Senin (25/2/2019).
"Klub-klub lain pun menjadi iri kepada kami. Namun, kami tak peduli karena toh suporter senang dengan prestasi tim ini," ujar pria yang akrab disapa Jay itu.
Pusat pelatihan mewah
Prestasi merokat RB Leipzig memang tak lepas dari dana besar sang pemilik serta tangan dingin Ralf Rangnick yang saat ini kembali turun tangan sebagai pelatih. Di bawah pengelolaan Rangnick, Die Rotten Bullen menjelma menjadi klub muda potensial.
Musim ini saja, usia rata-rata dari seluruh pemain utama Leipzig berdasarkan situs web Transfermakt adalah 23,7 tahun. Mereka menjadi predikat termuda dalam tiga musim beruntun di Bundesliga 1 atau sejak promosi pada 2016-2017.