Aksi pemukulan dilakukan juga oleh Abduh Lestaluhu. Pemain PS TNI tersebut dilarang bermain selama lima laga plus denda Rp 10 juta karena memukul pemain Bhayangkara, Thiago.
"Saya juga diminta menyampaikan kepada teman-teman di PS TNI agar menghargai lawan dan keputusan wasit. Kami harus lebih dewasa lagi menanggapi keputusan wasit. Walau merugikan, tetapi harus menerimanya," kata Abduh seusai memberikan keterangan kepada Komdis PSSI.
Tindakan tak terpuji Abduh menyulut amarah suporter Bhayangkara FC yang notabene anggota kepolisian. Mereka melempar botol mineral ke arah bangku cadangan PS TNI. Imbasnya, panitia pelaksana pertandingan Bhayangkara didenda sebesar Rp 10 juta.
Tidak hanya di Liga 1. Pertandingan Liga 2 juga kerap diwarnai aksi brutal. Pemain Persiraja, Farry Komol, dilarang beraktivitas sepak bola di lingkungan PSSI selama dua bulan karena menyiram air kepada wasit.
Sanksi dua bulan divonis kepada pemain 757 Kepri Gerald Pangkali karena memukul dan menendang pemain PSPS Pekanbaru, Defri Rifki. Pemain Sragen United Andi Setiawan menerima sanksi serupa akibat menendang pemain Persis Solo, Dedi Cahyono, dengan menggunakan lutut.
Kekerasan tidak hanya terjadi di dalam lapangan, tetapi juga muncul di luar lapangan. Salah satu kasus yang terjadi adalah tindakan oknum suporter Persegres United yang melakukan pelemparan bus semen Padang hingga salah seorang pemain mengalami luka.
Rentetan kekerasan ini menambah coreng wajah persepakbolaan kita yang sedang berusaha untuk bangkit setelah setahun dibekukan FIFA. Sudah banyak contoh kasus kekerasan yang memakan korban hingga membuat sepak bola kita menjadi sorotan negatif media internasional.
Pada Mei 2014, salah satu media Spanyol, Marca, menampilkan berita mengenai meninggalnya pemain Persiraja Banda Aceh, Akli Fairuz. Akli meninggal dirumah sakit setelah terkena terjangan dari kaki PSAP Sigli, Agus Rohman. Akli meninggal disebabkan kebocoran kandung kemih akibat benturan keras.
beritanya Akli Fairuz sampe ke Daily Mail | Footballer dies during Indonesian Premier League match http://t.co/1zhFoaRiw1 via @MailOnline
— Yudistira Nugroho (@yudisz) May 20, 2014
Tragedi tersebut seperti insiden meninggalnya gelandang PKT Bontang, Jumaidi Abdi, pada 2009. Jumaidi diterjang dengan keras pemain Persela Lamongan saat kedua tim bertemu di Stadion Mulawarman, 7 Maret 2009.
Terjangan Deny Tarkas mengenai bagian perut Jumadi. Tak ayal, Jumadi langsung tak sadarkan diri dan meninggal setelah delapan hari dirawat di rumah sakit.
Hilangnya kepercayaan?
Save Our Soccer pernah membeberkan anilisis penyebab munculnya aksi kekerasan di sepak bola. Akmal Marhali sebagai Koordinator SOS pernah mengatakan, kasus kekerasan muncul karena hilangnya respek terhadap aparat pertandingan dan tingginya isu nonteknis di kompetisi sepak bola.
"Terjadi saling curiga terkait tingginya potensi match fixing di sepak bola Indonesia yang sudah menjadi rahasia umum, tetapi tak pernah dituntaskan," kata Akmal.
"Ini harus dituntaskan agar sepak bola kita lebih bermartabat, bukan malah menjadi barbar," tutur Akmal menambahkan.